Adapun nama  ta-tso-kan-hsiung yang dikatakan sebagai yang utama diantara seluruh pejabat tinggi kerajaan Ho-ling, sangat identik dengan nama To Ciung yang melegenda sebagai orang bijak dari Tana Luwu. Dapat kita lihat bahwa "hsiung" sangatlah identik dengan "Ciung". Jadi dengan demikian, bisa jadi nama To Ciung sebenarnya adalah nama jabatan pada masa kuno, yang kemudian melegenda menjadi nama sosok orang bijak di Tana Luwu pada hari ini.
"Raja Ho-ling tinggal di kota She-p'o, tetapi nenek moyangnya yang bernama Ki-yen telah memindahkan ibu kotanya ke timur, ke Po-lu-chia-sseu. Menurut Berita dalam Ying-huan-tchelio perpindahan itu terjadi dalam masa pemerintahan T'ien-pao, yakni disekitaran tahun 742-755 M." - Nama Po-lu-chia-sseu dan T'ien-pao kuat dugaan saya ada keterkaitan dengan Datu kelima dalam silsilah kedatuan Luwu, yakni: Tampa Balusu. Nama T'ien-pao identik dengan "tampa"; sementara, Balusu identik dengan "Po-lu-chia-sseu".
Jadi, dapat diduga bahwa nama "Tampa Balusu" dapat diurai terdiri dari: tampa = nama panggilan, gelar atau julukan; sementara, Balusu = nama wilayah.
Masa pemerintahan T'ien-pao (tampa balusu) yang disebutkan antara tahun 742-755 M, selisih sekitar 68 tahun dari masa penobatan Ratu Sima (674 M). Untuk hal ini, dapat diduga bahwa rentang waktu 68 tahun tersebut adalah terdiri dari masa pemerintahan Ratu Sima (simpurusiang) dan putranya Anakaji (datu ke-4 dalam silsilah kedatuan Luwu).
Identifikasi Letak Makam Ratu Sima atau Simpurusiang
Dengan metode seperti yang saya gunakan untuk melacak tempat berlabuhnya bahtera Nabi Nuh, yaitu meninjau nama gunung "judi" dalam aksara Cina (silahkan baca di sini: Ini Jawaban Misteri Bahtera Nabi Nuh), saya mencoba meninjau nama simpurusing, dan hasilnya sebagai berikut....
Si bermakna "divisi/ departemen", dapat pula dimaknai "bidang", ma bermakna "kuda",  pu bermakna "tepi sungai", ru bermakna "susu", si bermakna "mati atau kematian", dan an bermakna "rahasia atau secara rahasia".
Susunan hasil penerjemahan ini menjadi: "bidang - kuda - tepi sungai - susu - mati - secara rahasia". Ini tentulah membutuhkan penafsiran lebih lanjut. Cukup lama saya merenung mencoba memecahkan kode ini, hingga suatu saat secara intuitif saya mendapat bentuk penafsirannya menjadi: "bidang tanah berbentuk kuda di tepi sungai ussu, kematian (kuburan) yang dirahasiakan".
Saat mendapatkan bentuk penafsiran ini, saya cukup terkejut karena setelah membuka googlemap, ternyata bidang tanah yang berbentuk kuda memang terdapat di pinggiran sungai Ussu, berada di wilayah Balantang, Luwu Timur (selatan desa Manurung).
Sebelumnya tak seorang pun masyarakat lokal yang menyadari Keberadaan bidang tanah yang berbentuk kuda ini. Mungkin dikarenakan bidang kuda ini cukup luas, mencapai beberapa ratus hektar. Jika diukur menggunakan Google earth, dari ujung kepala sampai ujung pantat kuda mencapai 1,6 km, sementara dari punggung hingga ujung kaki mencapai hampir 1 km. Jadi, agar dapat melihat bentuknya dengan jelas kita butuh berada di atas ketinggian beberapa ratus meter dari permukaan tanah.