Bertitik tolak dari pemahaman di atas inilah saya semakin yakin bahwa semua nama angka dalam bahasa tradisional atau setidaknya sebagian diantaranya memiliki asal usul tertentu atau pertimbangan filosofis sehingga ia digunakan.Â
Saya kemudian meneliti secara seksama keseluruhan nama angka dalam bahasa tae', tentunya dengan pendekatan ilmu bahasa tentang perubahan fonetik untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang kemungkinan terjadi pada nama-nama angka tersebut. Adapun hasil penelusuran tersebut, adalah sebagai berikut:
Mesa (satu)
Mesa dapat dikatakan bentuk dasarnya esa, yang keberadaannya dapat kita lihat pada bahasa proto Austronesia, yang artinya: satu. (Pada bentuk kata mesa saya tidak menemukan makna lainnya. Sepertinya ia tetap merujuk pada makna utamanya yaitu"satu").
Da'dua (dua)
Da'dua memiliki keunikan tersendiri karena hanya pada penamaan ini saja terdapat imbuhan da- dibagian depan, menjadikannya memiliki tiga bagian suku kata; da-du-a. Pada bahasa tradisional lain pada umumnya hanya memiliki dua suku kata seperti pada: du-a, du-wa, du-wo, du-we ataupun ru-a.
Dengan keberadaan imbuhan da- dibagian depan, menjadikan ia memiliki bentuk pemaknaan lain yakni kata "dadu" yang merupakan permainan tertua yang dikenal manusia. Seperti pada permainan papan bangsa mesir "senet" yang menggunakan dadu -- dipercaya telah dimainkan setidaknya sebelum 3000 SM hingga pada abad ke-2 M. (Irving Finkel. "Board Games" - Beyond Babylon: Art, Trade, and Diplomacy in the Second Millennium B.C. Metropolitan Museum of Art, 2008, hlm. 151)
Dalam situs Britannica pada halaman yang membahas tentang dadu, disebutkan bahwa ...Catatan tertulis pertama tentang dadu ditemukan dalam epik Sanskerta kuno Mahabharata, yang disusun di India lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Dadu piramida (dengan empat sisi, yang sama tuanya dengan bentuk kubus) ditemukan bersama dengan apa yang disebut Royal Game of Ur, salah satu permainan papan terlengkap yang pernah ditemukan, yang berasal dari Sumeria di milenium ke-3 SM.
Sophocles melaporkan bahwa dadu diciptakan oleh tokoh legendaris Yunani Palamedes selama pengepungan Troy, sedangkan Herodotus berpendapat bahwa mereka diciptakan oleh Lidia pada zaman Raja Atys.
Kedua "penemuan" telah didiskreditkan oleh banyak temuan arkeologis yang menunjukkan bahwa dadu digunakan di banyak masyarakat sebelumnya. Pada mulanya dadu dianggap sebagai alat gaib yang digunakan orang primitif mengundi takdir untuk meramal masa depan.
Setelah penjabaran makna tersembunyi di balik nama angka telah terungkap secara menyeluruh akan dapat kita pahami bahwa penambahan suku kata da di depan kata dua memang memiliki tujuan untuk menyiratkan kata dadu.
Dengan pertimbangan adanya banyak kasus perubahan fonetik antara  l dan r, maka saya menduga bentuk tersamar dari tallu adalah kata tarru' yang dalam bahasa tae'  berarti "kemudian".
Appa' (empat)
Dalam bahasa tae', kata "appa" jika berdiri sendiri, maknanya (selain  "empat") adalah "sebab" atau "karena". Tapi jika disandingkan dengan sebuah kata kerja ia akan bermakna "melakukan/ tindakan", contoh: appa-lemba (lemba artinya "pindah") -- artinya "melakukan pemindahan" atau "memindahkan".