Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penyebutan Palung Filipina (Philippine Trench) di dalam Naskah I La Galigo (Seri Analisa Filologi Naskah I La Galigo - 1)

2 Februari 2019   16:03 Diperbarui: 2 Februari 2019   16:12 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber: https://triptheislands.com/)
(sumber: https://triptheislands.com/)
Namun, dengan mempertimbangkan sensitifnya perihal klaim tanah adat di pulau Mindanao antara orang Moro dan Lumad, maka kami memilih untuk tidak akan membahas batas wilayah antara kerajaan Tompo'tikka dan Wewangriu'.

Hal penting yang mungkin bisa disimpulkan dari uraian ini adalah bahwa kisah dalam naskah I La Galigo dapat diinterpretasikan sebagai penggambaran wujud kedekatan hubungan antara Luwu di Sulawesi, Wewangriu dan Tompotikka di Mindanao, dan Cina di daratan Cina.

Inilah empat toponim (nama wilayah) utama yang disebutkan dalam Naskah I La Galigo sebagai negeri di Dunia tengah yang penguasanya memiliki darah putih (sebagai turunan langsung dari dewata) yang sederajat satu sama lain.

Selama ini, dari ke empat nama wilayah utama yang disebut dalam Naskah I La Galigo (Luwu, Wewangriu, Tompotikka dan Cina) letak Wewangriu dan Tompotikka menjadi wilayah yang sangat kabur, tidak ada gambaran dimana letaknya.

Sementara letak Negeri Cina yang dimaksud dalam I La Galigo menjadi bahan perdebatan; antara pendapat bahwa negeri Cina yang dimaksud adalah yang ada daratan Asia, dan negeri Cina yang ada di pulau Sulawesi juga (yakni Cina Pammana).

Kedekatan hubungan Luwu Khususnya dan Nusantara pada umumnya dengan Pulau Mindanao di masa lalu dapat kita lihat dari adanya beberapa unsur budaya di pulau Mindanao dan pulau-pulau di sekitarnya yang memperlihatkan keidentikan dengan unsur budaya kita di Nusantara. Seperti dua diantaranya yang akan kami uraikan berikut ini... 

1. Pemukiman Tagalog yang bernama Tondo

Pemukiman Tondo ini memiliki bentuk fonetis dan makna yang sama dengan beberapa pemukiman kampung tua di Sulawesi Selatan yang juga menggunakan nama tersebut.

Dengan sejarah yang panjang sebagai pusat perdagangan, Tondo (Filipina) telah disebut dengan banyak bentuk nama dalam berbagai teks dan bahasa; disebut Tundo, Tundun, Tundok, Tung-lio, Tundaan, Tunduh, Tunda, serta Tong-Lao. Sementara itu, bentuk nama yang umum ditemukan di Sulawesi Selatan adalah; Tondo', Tondok atau pun Tondon.

Di Sulawesi Selatan, sebutan Tondok pada dasarnya dimaknai sebagai "kampung" yang umumnya berada di dataran tinggi.

Fakta untuk hal ini dapat kita lihat pada keberadaan letak kampung dengan nama Tondok di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan berikut ini: Tondok di barat daya Bonoran, selatan Mengkepe dan sebelah barat Bone, berada di ketinggian 800 mdpl; Buntu Tondok, sebelah barat daya Bokin, utara Buntu Tallangsura dan selatan Buntu Pedamaran, Toraja utara, berada di ketinggian 1197 mdpl; Tondon di barat daya Tanete, di utara Saruran dan Tosik, Tana Toraja, berada di ketinggian antara 850-900 mdpl. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun