Kementrian Perhubungan dan Kementrian LH/Kehutanan adalah Kementrian Teknis. Mereka diberi anggaran yang berasal dari APBN untuk dibelanjakan dan dipertanggung-jawabkan secara teknis. Kementrian-kementerian ini tidak mengenal anggaran yang berasal dari berbagai pihak selain APBN.
Perspektif  yang ada di kementrian tersebut cenderung point to point, No Value Creation.  Ini yang jauh berbeda dengan BUMN yang harus mempertimbangkan banyak factor  terutama terkait darimana Permodalan yang harus didapat dan bagaimana cara mendapatkan keuntungan nantinya.
Perspektif yang ada di BUMN juga sangat berbeda dengan Perspektif para pengamat maupun masyarakat umum. Perbedaan tersebut terjadi karena memang ada perbedaan Paradigma antara satu dengan yang lain.
BENARKAH PROYEK KERETA CEPAT BERPELUANG MENGALAMI KERUGIAN?
Mereka bilang Tiket Kereta Cepat mahal yaitu Rp.200.000. Siapa yang mau beli? PT.KCIC pasti rugi nantinya. Tentu yang seperti ini adalah Perspektif masyarakat umum. Ini menyangkut rasa mahal atau tidak yang sebenarnya sangat relative.
Contoh dari kesan mahal atau tidak seperti itu  mungkin bisa kita bandingkan dengan Tiket masuk Dufan/Ancol. Itu hanya tujuan Wisata alias tidak penting-penting amat. Harga tiket masuk Dufan saat ini adalah Rp. 250.000. faktanya tiket itu dibeli juga oleh masyarakat demi sebuah kegiatan wisata. Nah kita bicara 4 tahun kemudian dimana Kereta Cepat sudah diresmikan dan sudah digunakan. Harga Tiket Kereta Cepat Rp.200.000, harga Tiket Dufan sudah berapa dan harga Tiket Bis Eksekutif dan Kereta Api Parahyangan sudah berapa. Tentu Tiket Kereta Cepat tidak akan terasa mahal pada saat sudah diresmikan.
Lalu kita bicara dalam Perspektif BUMN dan Perspektif Perusahaan-perusahaan China yang terlibat. Mereka semua menggelontorkan modal Trilyunan Rupiah yang sebagian besar dipinjam dari para pemodal raksasa. Bagaimana mungkin Para Pemodal Raksasa itu berani mengucurkan dananya ke proyek ini bila Plan Bisnisnya tidak jelas dan mengandung resiko Kerugian?
Coba kita tengok grup Bisnis Lippo. Belasan tahun yang lalu mereka berani membuka lahan bisnis di area yang gersang dan kelihatan tidak menguntungkan. Lippo membangun kawasan bisni di Karawachi (Tangerang) dan Cikarang Bekasi. Sekarang kita bisa lihat hasilnya seperti apa. Itulah perbedaan Paradigma antara Pengusaha Raksasa dengan masyarakat umum.
Dan sebenarnya Konsorsium dari sekian banyak BUMN dan Perusahaan-perusahaan China itu tidak semata-mata mengandalkan Pemasukan dari Tiket Kereta Cepat. Ada 4 TOD (Kawasan Stasiun) Kereta Cepat ini yaitu di Halim, Krawang, Walini dan Tegal,Luar Bandung. 4 TOD ini nanti akan dibangun kawasan Perumahan, Rusun, Rumah Sakit, Universitas dan lain-lainnya. Ini kawasan baru yang bisa menciptakan peluang bisnis dan lapangan kerja baru.
MENGAPA PROYEK –PROYEK  JOKOWI HARUS CEPAT DIGARAP?
Bagaimanapun juga semua orang ini tadinya bingung sama Jokowi. Jokowi ini maunya cepat-cepat saja dan seolah-olah tidak perduli dengan dampak-dampak proyek-proyek yang ditargetnya. nya.  Kita lihat jalan Tol Cipali. Jalan Tol ini sudah lama direncanakan oleh pemerintah-pemerintah sebelumnya. Tetapi ditangan Jokowi langsung cepat diselesaikan.