Pertanyaan-pertanyaan itu akhirnya membuat orang mulai ragu bahwa Jessica membunuh Mirna. Jangan-jangan Mirna adalah korban salah sasaran. Ada kemungkinan target kejadian adalah menghancurkan bisnis Café Olivier.
Grand Indonesia adalah Mall yang paling strategis di Jakarta dan paling elit. Café Olivier terletak di pintu masuk sisi barat mall mewah ini. Hanya ada 2 Café di pintu masuk mall tersebut. Tetapi posisi Café Oliver lebih strategis dan berada di Hook area pintu masuk Mall megah ini sehingga sangat strategis.
Sudah rahasia umum bahwa posisi usaha di mall-mall mewah selalu menjadi rebutan para pengusaha besar. Kabar dari pengelola Grand Indonesia, Café Olivier sudah mengontrak posisi itu hingga 5 tahun ke depan. Kondisi ini tentu membuat banyak pengusaha besar yang iri hati dan memiliki obsesi untuk menggeser/ menghancurkan usaha Café Olivier.
Kemudian bila melihat penyidikan polisi yang begitu lambat mengambil sample kopi, melakukan Olah TKP dan tidak memasang Police Line (Café tetap buka selama penyidikan). Seolah-olah polisi sangat melindungi kepentingan bisnis pemilik Café. Polisi juga dengan mudah menuduh Jessica yang membunuh Mirna.
Faktanya polisi setelah sebulan berlalu belum juga punya bukti otentik bahwa Jessica yang menaruh racun tersebut di kopi Mirna. Polisi tidak berani mengungkap rekaman CCTV ke public dan polisi tidak mampu menjelaskan motif pelaku. Ini sangat mengherankan.
Padahal bisa saja bukan Jessica yang meracuni Mirna dengan salah satu asumsi bahwa Kejadian itu adalah Korban salah sasaran yang sebenarnya tujuan pembunuh sebenarnya hanya untuk menghancurkan usaha Café Olivier.
AYAH MIRNA JUGA MULAI TERKESAN ANEH DAN MEMAKSA.
Sekarang kita focus ke Darmawan Salihin. Ternyata sekitar tanggal 16-18 januari 2016 mulai beredar transkrip percakapan 3 pihak yaitu diduga Ayah Mirna, Penyidik Polisi dan Pemilik Café dan pegawai café. Rupanya percakapan ini terjadi pada saat Polisi melakukan Olah TKP di Café Olivier pada tanggal 11 Januari 2016.
Dalam transkrip itu sangat jelas Ayah Mirna sudah menuduh Jessica sebagai Pelaku yang menaruh racun. Pemilik Café dan pegawai Café juga dalam transkrip itu tendensius menyalahkan Jessica. Pemilik café menjelaskan kronologis kejadian dengan cermat sekali dan tidak ada yang berbeda sedikitpun dengan rekaman CCTV. Kemungkinan besar pada saat rekaman CCTV diserahkan ke polisi tanggal 7 Januari sebelumny, selama 4 hari itu pemilik Café menonton copyan rekamannya sehingga hapal kronologis peristiwa.
Darmawan Salihin dalam percakapan itu juga sudah menyebut soal Lesbi dan terkesan mengendalikan cara –cara Penyidik memeriksa saksi maupun mencari bukti-bukti di Café tersebut.
Kabar selanjutnya di media-media memberitakan Darmawan telah pasrah menyerahkan kasus ini kepada polisi dan yakin polisi bisa mengusutnya. Tetapi anehnya setelah tanggal 20 Januari hingga beberapa hari berikutnya berkali-kali Darmawan Salihin meluapkan emosinya ke Media. “Pokoknya kalau bukan Jessica pasti tukang Kopi”. “Yang membelikan Kopi sebenarnya Siapa?” dan lain-lainnya. Begitulah ucapan-ucapan ayah Mirna pada tanggal 20 januari hingga 26 januari.