Mohon tunggu...
Reza aka Fadli Zontor
Reza aka Fadli Zontor Mohon Tunggu... -

Bukan Siapa-siapa, Hanya seorang Pemerhati Masalah Politik dan Sosial Zonk.Fadli@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Banyak Musuh, Kecil Peluang Ahok Menang Pilgub DKI 2017, Kecuali..

2 Februari 2016   04:24 Diperbarui: 2 Februari 2016   11:37 16890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ridwan Risma Ahok. ©2015 Merdeka.com"][/caption]Sebagai pengamat politik dari gunung tentu gw nggak punya kepentingan ataupun punya urusan apa-apa dengan Konstestasi Pilgub DKI 2017. Gw nggak bakal dukung si A atau si B. Tetapi sebagai orang yang lahir di Jekardah (mulut bule), dan puluhan tahun tinggal di Jekardah (sebelum kena gusur), maka urusan Pilgub DKI ya jadi urusan gw juga dong. Hehehee..

Pemirsaa…! (tukul mode on).

Langsung to the point aja, supaya nggak capek baca analisa dibawah. Menurut gw, sebenarnya peluang Ahok memenangkan Pilgub DKI saat ini cukup besar yaitu sekitar 90%.

Loh kok besar amat dan nggak sesuai judul?, tanya masbro. Yaeyalah.. kan belum ada yang resmi mendaftarkan diri atau memastikan diri untuk maju menjadi Calon Gubernur DKI 2017. Kecuali sudah ada calon resmi lainnya seperti Kang Emil, bu Risma, Sandiago, dan lain-lainnya. Kalau ada 3 calon yang kuat tentu saja secara mudah bisa dikatakan peluang Ahok memenangkan Pilgub ini hanya 25%. Nggak usah protes. Namanya juga 4 calon sama kuat ya dibagi rata, masing-masing punya peluang angka sementara 25%. Heheheee…kidding…  Lanjottt… serius mode on.

SIAPA SAJA SEBENARNYA YANG BERAMBISI UNTUK MEMENANGKAN PILGUB DKI?

Pilgub DKI 2017 ini dipastikan akan seru. Dipastikan akan sangat ketat. Mengapa, karena sebenarnya banyak sekali pihak-pihak yang ingin menguasai  Jakarta. Jakarta adalah kepala naga-Nya Indonesia. Jakarta adalah etalasenya Indonesia. Dan Jakarta adalah Tempat dimana Pusat Kekuasaan berada. Menguasai Jakarta itu bisa dianggap menguasai 60% Indonesia. Dan fakta terakhir yang sangat menginspirasi adalah Gubernur DKI ternyata bisa menjadi Presiden RI. Siapa yang nggak ingin kalau begitu?

Ingin tahu siapa saja pihak yang bernafsu mengusai Jakarta (menempatkan orangnya sebagai Gubernur DKI), cekidot yang di bawah ini:

1. PKS. Diantara partai-partai yang ada saat ini yang terbukti sangat bernafsu menguasai Jakarta adalah PKS. Belasan tahun PKS menahan ambisinya untuk menguasai  Jakarta. Tahun 2007 sempat berpeluang dengan calonnya Adang Djorojatun (mantan Wakapolri)  tetapi ditekuk oleh Fauzi Bowo. Kemudian tahun 2012 makin bernafsu lagi. Bahkan menurunkan kader terbaiknya yang pernah jadi Ketua MPR dan Presidan Partai. Tetapi akhirnya dipecundangi oleh Jokowi. Sejak saat itulah Dendam PKS kepada Jokowi membara dan berlangsung 7 turunan dan 8 belokan. Heheheee.

2. GERINDRA. Partai om gw ini (om Prabowo) memang sudah mentarget akan menguasai Jakarta sejak  tahun 2010. Bahkan om gw yang ganteng, om Prabowo ini malah sudah mencari calon-calon hebat hingga menyebrang ke partai lain. Prabowo akhirnya bertemu Jokowi yang merupakan kader PDIP. Prabowo juga bertemu Ahok yang sedang mencari jalan politik. Akhirnya Ahok ditarik masuk Gerindra untuk diduetkan dengan Jokowi dari PDIP. Pada tahun 2010-2011 itu hubungan antara Prabowo dan Megawati sangat dekat. Mereka pernah bersama-sama berjibaku melawan SBY, meskipun kalah.

Sayangnya kemudian Ahok kabur dari Gerindra setelah sebelumnya sukses mendekati (menempel ketat) orang nomor 1 di Indonesia, Jokowi. Alasannya waktu itu karena tidak setuju bahwa Gerindra menginginkan Pilkada Tak Langsung. Tetapi yang jelas dengan keluarnya Ahok dari Gerindra membuat partai Gerindra secara umum sakit hati pada Ahok. Gerindra punya target untuk menjungkalkan Ahok pada Pilgub 2017, catet masbro.

3. PDIP. Sebelum tahun 2012 PDIP tidak jauh berbeda dengan PKS yang berharap bisa menguasai Jakarta. PDIP dalam posisi oposisi untuk pemerintahan SBY punya tekat kuat untuk menguasai Jakarta. Dan PDIP melakukan gambling dengan menyorong Walikota Solo yang sudah dikenal public. Berhasil. Sangat berhasil bahkan. Walikota kurus ceking itu ternyata mampu menghancurkan koalisi gemuk yang mendukung Fauzi Bowo. Dan setelah menjadi Gubernur DKI ternyata popularitas Jokowi meroket dan memiliki elektabilitas sebagai Capres 2014. Berbekal pengalaman itu tentu PDIP akan mempertahankan posisi Gubernur DKI sebagai miliknya.

4. Demokrat, PPP dan Golkar. 3 partai ini tentu saja punya keinginan untuk menguasai  Jakarta. Tetapi mereka tahu diri sehingga tidak begitu berambisi. Maksud gw tahu diri itu adalah mereka sadar bahwa Basis massa mereka di DKI tidak sekuat basis massa yang dimiliki PDIP, Gerindra dan Golkar. PPP lumayan sementara Demokrat dan Golkar minim di DKI dalam soal basis massa. Mereka akan cenderung bergabung dengan Gerindra dan PKS.

5. PAN yang Spekulatif. Kabar terakhir dari media ternyata PAN tidak seperti sebelum-sebelumnya yaitu berkoalisi dengan partai lain, ada kabar PAN akan mengusung calonnya sendiri (kadernya sendiri) yaitu Desi Ratna Sari dan Eko Patrio. Menurut gw mah buang-buang duit aja. Kalau untuk jadi bupati Sukabumi bolehlah Desi Ratnasari maju begitu juga dengan Eko Patrio di daerahnya. Tetapi kalau di Jakarta mah gw bilang itu mimpi di siang bolong aja.

Selanjutnya untuk PKB, Nasdem dan Hanura gw pastikan kemungkinan besar mereka akan bergabung pada kekuatan yang besar. Filosofinya  sederhana saja yaitu, untuk apa berperang dengan pihak yang pasti akan menang?

TANPA DUKUNGAN PARTAI, AHOK AKAN DILIBAS MESIN PARPOL

Ahok bukan Jokowi. Dua tahun terakhir Ahok punya popularitas yang hampir menyamai Jokowi tetapi Ahok tidak punya elektabilitas seperti yang dimiliki Jokowi. Beda jauh ya masbro antara popularitas dan elektabilitas. Nggak perlu dijelaskan pasti sudah paham.

Ahok memang  berprestasi dan Ahok juga sudah menjadi harapan warga DKI untuk Jakarta yang lebih baik. Sayangnya Ahok punya kelemahan yang fatal yaitu Komunikasi Politik. Sangat lemah di titik ini sehingga akhirnya Ahok tidak memiliki “teman” yang baik. Teman disini adalah dukungan politik dari partai. Disisi lain komunikasi Ahok dengan masyarakat memiliki jarak sehingga bisa dikatakan Ahok kurang punya kharisma di hati masyarakat. Inilah kelemahan Ahok sebenarnya.

Masbro dan Mbaksis yang merupakan pendukung sejati Ahok jangan protes sama gw yaa. Ini pendapat pribadi dan ini hanya pendapat Pengamat Politik dari Gunung jadi jangan sampai emosi ataupun jadi tidak semangat setelah membaca artikel ini. Hehehee.

Kembali ke Laptop, kita harus menerawang sejenak ke Pilpres 2014. Pada Pilpres 2014 sebenarnya elektabilitas Jokowi diatas 58 % tetapi dengan adanya mesin parpol di kubu Prabowo, terus adanya Black Campaign dan Negatif Campaign maka akhirnya Jokowi hanya menang 53%. Itulah bukti bahwa mesin Parpol memang bisa bekerja. Jokowi bisa menang dari mesin Parpol karena memiliki elektabilitas yang sangat tinggi. Tanpa elektablitas yang tinggi Jokowi akan kalah telak dari Prabowo pada pilpres 2014.

Lalu bagaimana dengan Ahok? Ahok punya elektabilitas tinggi atau rendah? Berapa elektabilitas Ahok saat ini tentu belum bisa diukur. Sebuah elektabilitas akan memiliki angka bila sudah ada 2 atau lebih calon. Contohnya pada tahun 2013 atau beberapa waktu sebelum Pilpres 2014. Waktu itu diatas kertas yang sudah diperkirakan/dipastikan oleh masyarakat akan maju menjadi Presiden adalah Prabowo, Megawati, Aburizal dan Jokowi. Dari kondisi tersebut ketika dilakukan survey maka keluarlah angka-angka elektabilitas.

Jadi untuk Ahok, bila setelah ada calon-calon yang memastikan diri maju jadi Cagub DKI dan setelah ada Survey yang benar-benar independen maka keluarlah angka elektabilitas untuk Ahok. Dengan catatan bilamana hasilnya ternyata elektabilitas Ahok masih dibawah 50% maka akan sangat sulit Ahok bisa memenangkan Pilgub ini.

Apalagi kalau dirinya hanya sebagai Calon Indpenden (tanpa partai). Ahok akan dilibas habis oleh lawannya yang sudah pasti orang pilihan dari gabungan Gerindra dan PKS dengan basis massanya masing-masing.

GERAKAN TEMAN AHOK ITU TIDAK BERMANFAAT

Setahun terakhir ini ada sebuah komunitas yang menamakan dirinya Teman Ahok. Gw nggak tau persis komunitas ini dikendalikan oleh Ahok atau dikendalikan pentolan pendukung Ahok. Yang jelas dalam setahun terakhir ini mereka melakukan aksi politik dengan mengumpulkan KTP pendukung Ahok.  Kalau tidak salah sudah mencapai 700 ribu KTP.

Dalam pengamatan gw, aksi ini dilakukan karena Ahok tidak ikut/tidak memiliki partai. Sebagai antisipasi agar Ahok bisa maju tanpa partai alias Calon Independen. Tentu ide ini atau motivasi ini secara umum tidak salah. Anggap saja dengan data diatas, bila nanti pelaksanaan Pilgub DKI mereka yang sudah menyetor KTP akan memilih Ahok semuanya (semuanya digaris bawahi), maka suara Ahok sudah sama dengan suara 1 partai kuat. 

Itu bila memang akan terjadi demikian. Tetapi siapa yang bisa menjamin 700 ribu orang itu sudah pasti akan memilih Ahok? Siapa yang bisa menjamin setiap penyetor KTP itu akan memilih Ahok? Gw pastikan tidak ada satu orangpun yang berani menjamin hal itu.

Pilgub DKI itu bukan pemilihan RT atau pemilihan RW. Pilgub DKI adalah Pemilihan Penguasa Birokrasi Pusat Indonesia. Jadi bukan pertarungan antara masyarakat yang pro si A melawan yang pro si B. Pilgub DKI ini adalah pertarungan politik kelas elit, masbro.

Kalau boleh gw saran, sebaiknya Gerakan Teman Ahok untuk mengumpulkan KTP dihentikan saat ini. Cukup sampai disitu. Sudah sangat cukup jumlahnya. Jangan dijadikan kendaraan politik buat Ahok. Teman Ahok akan sangat bermanfaat untuk melakukan bargaining pada parpol-parpol yang berminat mendukung Ahok. Teman Ahok bisa mengklaim bahwa mereka punya massa dan punya relawan untuk Ahok. Dengan demikian mereka punya bargaining pada Parpol pendukung Ahok.

Tetapi kalau mereka mau jalan sendiri dan menjadi kendaraan politik satu-satunya untuk Ahok maka gw bilang hal itu akan sia-sia. Ahok akan tumbang melawan calon yang tidak terlalu kuat sekalipun tetapi didukung banyak parpol.

SIAPA CALON YANG DITAKUTI AHOK ATAU SIAPA SAINGAN TERKUAT AHOK?

Untuk menjawab pertanyaan itu tidaklah susah. Tetapi sebelum menjawab pertanyaan itu ada pertanyaan lain yaitu, Takutkah Ahok dengan Pilgub DKI 2017 ini? Gw pastikan bahwa Ahok nggak takut dengan FPI atau lainnya, tetapi Ahok agak takut dengan kontestasi Pilgub DKI 2017 ini. Kekalahan kakak Ahok di Pilkada Belitung cukup memukul Ahok. Ahok sadar popularitas saja tidak cukup untuk memenangkan sebuah Pilkada.

Dan orang yang paling ditakuti Ahok atau lawan yang paling ditakuti Ahok adalah Tri Rismaharini. Risma adalah Jokowi Kedua di Indonesia, atau orang yang punya kharisma nomor dua setelah  Jokowi. Kalau saja Tri Rismaharini mau bertarung di Pilgub DKI 2017 maka peluang menangnya sangat tinggi. Gw yakin banget karena Risma punya Kharisma dan Risma didukung PDIP, plus akan didukung Jokowi tentunya.

Tapi Tri Rismaharini sangat enggan. Berkali-kali Risma bilang ogah bertarung di Jakarta. Risma sangat mencintai Surabaya dan Ahok cukup aman dengan kondisi ini. Tetapi ada satu lagi calon yang cukup kuat dan cukup ditakuti Ahok. Siapa lagi kalau bukan Ridwan Kamil alias Kang Emil.

Ridwan Kamil tidak sepopuler Ahok tetapi Ridwan Kamil punya kharisma. Ridwan Kamil juga cukup baik dalam Komunikasi Politiknya. Bila memang benar Ridwan Kamil bersedia maju di Pilgub DKI 2017 maka dia sudah pasti akan didukung Gerindra dan PKS. Dua partai ini punya basis massa yang besar di Jakarta. Basis massa kedua partai ini kalau bergabung sanggup  mengalahkan basis massa PDIP yang mungkin ditambah Nasdem, PKB dan lainnya. Itu juga dengan catatan kalau PDIP mendukung Ahok.

Dan bila RK didukung Gerindra + PKS + Golkar + PPP melawan Ahok yang didukung PDIP+Nasdem+PKB+Hanura maka peta kekuatannya adalah 53% untuk Ridwan Kamil dan 47% untuk Ahok. Gw yakin banget kisaran angka-angka itu. Kemungkinan besar Ahok akan kalah. 

Disisi lain Ahok boleh saja agak santai karena belum tentu Ridwan Kamil akan datang ke Jakarta. Beban moralnya pada masyarakat Bandung sangat berat. Belum ada 1 periode Kang Emil memimpin Bandung. Dia akan setengah hati untuk datang ke Jakarta. Dan peluang ini sangat fifty-fifty.

Yang jelas selain Tri Rismaharini ataupun Ridwan Kamil, lawan Ahok lainnya kemungkinan besar bukanlah lawan yang kuat. Ahok diatas kertas akan mampu mengunggulinya. Yang harus diprediksi Ahok kemudian adalah RK berhasil dibujuk Gerindra dan PKS dan separuh masyarakat Bandung mendukung RK datang ke Jakarta.

AHOK BISA MENANG MELAWAN  RIDWAN KAMIL TAPI ADA SYARATNYA

Lupakan dulu tentang teman Ahok ataupun jalur independen. Ini Pilgub DKI dan bukan Pilbup di daerah. Ini adalah pertarungan Politik Tingkat Elit. Jadi tetap harus melibatkan Parpol. Dan satu-satunya Parpol yang dekat dengan Ahok saat ini adalah PDIP.  Ini satu-satunya pilihan Ahok dan ini kunci Ahok saat ini bila memang ingin memenangkan Pilgub DKI 2017.

Gw yakin Ahok saat ini sudah menghubungi PDIP dan meminta dukungan politiknya untuk Pilgub DKI 2017. Masalahnya kemudian diantara elit PDIP juga punya ambisi untuk menjadi Gubernur DKI. Inilah resistansi di tubuh PDIP dalam pertimbangannya untuk mendukung Ahok. Kemungkinan terbesar adalah Duet Ahok-Jarot dipertahankan.

Duet Ahok-Jarot dipertahankan tetapi masih kurang sebenarnya. PDIP masih butuh tenaga untuk mendorong Ahok. Nah disini masalah Krusialnya. Ahok bukan orang yang bisa bekerja sama (diatur) oleh Parpol. Ahok buruk dalam komunikasi politik. Bisa saja nanti akan terjadi ketegangan antara Ahok dengan Calon Partai Pendukungnya. Belum lagi kalau-kalau Teman Ahok seperti Relawan Jokowi yang satu itu. Ada maunya dan ada udang di balik batunya. Akan sulit bagi Ahok membangun koalisi dengan parpol ditambah Ahok harus memfasilitasi posisi Teman Ahok.

Yang terbaik bagi Ahok saat ini adalah  kembali menjadi Politisi. Itu artinya Ahok masuk ke Partai lagi atau Ahok harus mampu bekerja sama erat dengan partai-partai yang akan mendukungnya. Inilah syarat utamanya.

Meskipun begitu bila lawannya adalah Ridwan Kamil maka Ahok diatas kertas hanya punya peluang kemenangan di angka maksimal 50%. Ini riskan dan ini berbahaya bila lawannya punya mesin politik yang canggih dan strategi kampanye yang brilian.

Ada satu senjata pamungkas yang mungkin bisa membantu Ahok. Senjata ini sangat canggih dan efektif. Dan bila senjata ini bergerak maka sehebat apapun lawan Ahok atau sehebat apapun dukungan untuk Ridwan Kamil, maka Ahok akan menang telak. Dan senjata itu bernama Dukungan Jokowi.

Demikian masbro. Udah panjang bingit analisanya. Heheheeee.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun