Jadi dalam poin ini urutannya terbalik. Menemukan motifnya dulu barulah mencari siapa yang berpeluang menggunakan alat pembunuh tersebut. Yang seperti ini sangat sulit dan pelik. Tetapi bukan tidak bisa diungkap.
Contoh dalam Kasus Mirna misalnya ditemukan 2 motif. Sekali lagi Ini hanya contoh ya. Motif pertama misalnya orangtua Mirna itu sudah tua dan Kaya Raya. Tentu saja orang tua itu akan meninggalkan Harta Warisan dan namanya Harta Warisan bisa membuat manusia berubah menjadi kejam. Bisa terjadi saling bunuh diantara saudara. Kalau dalam Kasus Mirna tinggal dilihat berapa banyak saudaranya.
Dalam contoh kasus itu bisa dikatakan semua saudara-saudara Mirna berpotensi memiliki motif sebagai pelaku pembunuhan. Tinggal dibuktikan saja bagaimana hubungan /komunikasi antara saudara tersebut. Bila memang ada yang mencurigakan kemudian polisi mencari alibi dari orang yang dicurigai. Bila hasilnya positif barulah polisi mencari tahu bagaimana orang itu bisa bersentuhan dengan Alat Pembunuhnya.
Contoh kedua adalah Motif Asmara. Ini hanya contoh. Mirna diketahui baru menikah. Misalnya ternyata Suami Mirna sebelumnya punya kekasih selain Mirna maka kekasih Suami Mirna itu punya potensi memiliki motif sebagai pembunuh. Dalam kasus ini polisi bisa memulai dari Jessica dan Hani. Apakah salah-satunya punya hubungan asmara dengan suami Mirna? Kalau tidak ada maka harus dicari orang lain yang pernah menjadi kekasih dari suami Mirna. Orang itu pasti memiliki motif.
Tinggal selanjutnya dicari Alibinya dan bagaimana cara orang itu bersentuhan dengan senjata pembunuhnya.
Dan bila dari kedua motif tersebut tidak ditemukan Calon Tersangka maka polisi harus mencari motif lain seperti Dendam/Sakit hati seseorang entah masalah pekerjaan atau masalah hutang piutang dan lainnya.
Jadi kesimpulannya adalah Kasus seperti Mirna ini memang sangat sulit dipecahkan. Penyebabnya adalah Senjata Pembunuhnya berupa Sianida yang bisa dikatakan kasat mata. Ini merupakan tantangan besar bagi polisi untuk bisa mengungkapnya.
Demikian Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H