Mohon tunggu...
Reza aka Fadli Zontor
Reza aka Fadli Zontor Mohon Tunggu... -

Bukan Siapa-siapa, Hanya seorang Pemerhati Masalah Politik dan Sosial Zonk.Fadli@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pencatutan Nama Presiden dan Perang Antar Geng di Kontrak Freeport

19 November 2015   15:08 Diperbarui: 19 November 2015   15:58 4973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada waktu Senin kemarin, tidak sampai beberapa jam setelah Sudirman melapor ke MKD di berbagai media nasional dan media social sudah beredar Transkrip Percakapan tersebut. Sayangnya transkrip itu terlihat tidak lengkap dan bila diteliti kata per kata yang ada di dalamnya tidak bisa ditemukan kalimat-kalimat yang seusai dengan tudingan Sudirman Said bahwa Setya Novanto telah mencatut nama Presiden. Inilah yang akhirnya menjadi semakin kontroversial. [Aneh- 3].

Disisi lain, berbeda dengan suara-suara yang keluar dari para tokoh terkenal dan beberapa politisi yang langsung meminta Setya Novanto untuk mundur, Menko Marritim yang biasanya sangat vocal dan kristis malah menyuruh masyarakat menonton saja. Menurut Ritzal Ramlii Kasus Pencatutan nama Presiden dan permintaan saham 20% itu hanyalah Perang antar Geng. Heheheee… Geng mana aja tuh pak Rizal?

BENARKAH SETYA NOVANTO SBENARNYA TIDAK MENCATUT NAMA PRESIDEN DAN BENARKAH ADA PERANG GENG DI KALANGAN ELIT KITA?

Diatas tadi sudah disebut dalam transkrip yang beredar di media tidak ada sama sekali kata-kata dalam transkrip yang bias menunjukkan bahwa SN mencatut nama Presiden maupun berbicara tentang saham 11% uuntuk Jokowi dan 9% untuk JK. Jadi sekarang kita bicara soal kemungkinan adanya Perang Geng dulu ya.

Pada tulisan kemaren gw sudah membahas adanya Faksi-faksi di cabinet Jokowi. Ada faksi PDIP, faksi Nasdem, Faksi Rizal Ramli dan Faksi Jusuf Kalla. Dan yang termasuk dalam faksi Jusuf Kalla antara lain Sudirman Said, Sofyan Jalil dan Rini Soemarno.

Dalam tulisan kemarin juga gw membahas adanya perseteruan panjang di tubuh Golkar dimana JK gagal maning-gagal maning menarik Golkar untuk bergabung ke Pemerintah. Golkar masih dikuasai oleh ARB dan ARB juga didukung tokoh utama Golkar yang saat ini menjadi Ketua DPR, Setya Novanto. Selama Setya Novanto masih menjadi Ketua DPR maka selama itu pula posisi ARB tak tergoyahkan di Golkar.

Dari perseteruan itu mungkin bisa diambil satu asumsi bahwa Jika Setya Novanto bisa dilengserkan dari Ketua DPR maka kekuatan ARB di Golkar melemah. Saat itulah Golkar bisa ditarik oleh JK untuk bergabung ke Pemerintah. Apakah factor ini yang akhirnya membuat JK menyuruh Sudirman Said untuk memperkarakan Setya Novanto? Tentu belum bisa dipastikan sama sekali.

Disisi lain tudingan Sudirman Said kepada Setya Novanto ini memang berhubungan dengan Perpanjangan Kontrak Karya Freeport. Benarkah ada perang Kepentingan antara Sudirman dengan Setya Novanto dalam pengurusan Perpanjangan Kontrak Freeport?

Sepertinya memang INILAH AKAR MASALAHNYA. Ada perang kepentingan antara beberapa pihak berkaitan dengan Perpanjangan Kontrak PT. Freeport Indonesia. Berbicara tentang Freeport adalah berbicara tentang Big Money. Urusan uang gede memang sering menjadi sebab peperangan diantara teman. Mari kita lihat faktanya.

Fakta Pertama, Soal Divestasi Saham. Berdasarkan negoisasi Freeport dengan Pemerintahan SBY pada saat Injury Time, sudah disepakati bahwa Freeport harus melakukan Divestasi (Penjualan) Saham kepada Pemerintah dengan perincian Oktober 2015 sebesar 10,64% dan akhir tahun 2019 sebesar 10% lagi. Freeport juga harus membangun Smelter di Papua . Khususnya Divestasi Saham Freeport ini sebenarnya sudah menimbulkan kontroversi. Sudiirman Said dan Wapres JK menginginkan saham Freeport dijual kepada umum (orang Indonesia), sementara beberapa pihak pihak menginginkan Saham tersebut dibeli BUMN atau BUMD.

Cukup aneh sebenarnya dengan pilihan Sudirman Said dan Wapres JK yang satu geng. Kalau saham Freeport dijual ke BUMN atau BUMD kemungkinan Freeport melakukan Buyback (pembelian kembali) sangat kecil tetapi kalau dijual kepada umum tentu lama-lama saham itu akan sampai ke pasar modal dan dapat dibeli kembali oleh Freeport. Sementara di sisi lain yang namanya saham Freeport itu adalah Benda yang sangat berharga. Sangat bernilai ekonomis tinggi. Semua konglomerat Indonesia pasti mau bingit memiliki saham tersebut karena bisa dijadikan Invetasi jangka panjang. Ingat masbro cadangan Emas di Mimika Papua diperkirakan masih diatas 16 Juta Kg. terbesar di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun