Mohon tunggu...
Reza aka Fadli Zontor
Reza aka Fadli Zontor Mohon Tunggu... -

Bukan Siapa-siapa, Hanya seorang Pemerhati Masalah Politik dan Sosial Zonk.Fadli@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kontroversi Artikel “Waiting in The White House Looby”

8 November 2015   04:36 Diperbarui: 8 November 2015   05:29 1438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketidaksinkronan Luhut dan Retno akhirnya semakin rumit dengan beredarnya salinan Kontrak antara Perusahaan Konsultan Politik Singapura yaitu Pereira Internasional PTE LTD dengan Perusahaan Lobbi di Las Vegas yaitu R & R Partners, Inc. Kontrak itu ditanda-tangani oleh Sean Toner dari R&R Inc dan Derwin Pereira dari Pereira International. Pereira Singapura harus membayar sebesar USD 80.000 yang harus diangsur 4 kali sejak Juni hingga September 2015. Tagihan itu disebut berkaitan dengan kunjungan Jokowi ke AS beberapa waktu yang lalu.

Disisi lain setahu Buehler sebenarnya belum ada satupun bukti yang dimiliki oleh Pereira Internasional Singapur bahwa ada Pejabat Indonesia yang meminta layanan mereka untuk menghubungi R&R di Las Vegas yang terkait dengan Kunjungan Jokowi ke AS. Ini yang cukup mengherankan tetapi bukti kontrak antara kedua perusahaan itu memang ada.

Derwin Pereira sebagai pemilik Pereira International adalah lulusan London School of Economics and Political Science yang pernah bekerja di Singapura The Straits Times yang berkantor di Jakarta pada saat Jatuhnya Rezim Soeharto. Derwin kemudian sempat bekerja di Times Washington hingga akhirnya mendirikan perusahaan Pereira International, dimana Derwin mengklaim ke public bahwa dia sangat dekat dengan para petinggi-petinggi di Indonesia dan memiliki akses jauh ke dalam di Indonesia.

Derwin memang punya jaringan luas di Amerika dan dekat dengan pihak Kennedy School of Government Harvard, dimana jaringan mereka membantu mahasiswa Indonesia yang ingin belajar disana termasuk salah satu lulusannya adalah Agus Yudhoyono (anak SBY). Derwin juga pernah bekerja sama dengan Gita Wiryawan sewaktu masih menjadi Menteri Perdagangan dan bekerja sama dalam program Ancora Foundation.

Derwin Pereira juga ditengarai Buehler kenal baik dengan Luhut Panjaitan. Sewaktu kerja di The Straits Time Singapura Derwin pernah mewawancarai Luhut pada tahun 1999-2000 dan membuat beberapa artikel tentang tokoh-tokoh politik Indonesia.

Hal yang paling mencolok dari pengamatan Michael Buehler adalah Foto-foto yang ada di Situs Pereira International ternyata memiliki fitur Foto yang sama dengan Situs Toba Sejahtera yang merupakan situs perusahaan Tambang milik Luhut Panjaitan. Buehler meyakini antara Derwin Pereira dengan Luhut Panjaitan sudah berkali-kali bertemu.


Di sisi lain Michael Buehler menegaskan dalam Kontrak yang diajukan Pereira International ke Departemen Kehakiman AS tidak menyebut satupun pejabat Indonesia yang mempekerjakan Pereira International dan R & R Inc. begitu juga tidak ada bukti satupun bahwa Luhut Panjaitan pernah meminta Pereira International untuk membayar R & R inc di Las Vegas.

Dunia lobi taraf internasional setahu Buehler memang tidak akan pernah diketahui oleh public. Begitu juga dengan Las Vegas. Terlalu banyak yang tidak jelas di Kota Judi terbesar di Amerika ini.

KESIMPULAN

Bahwa tulisan dari Michael Buehler adalah Pendapat dari seorang Pengamat Politik Asia Tenggara dimana kebenaran dari informasi yang dimilikinya maupun analisis-analisisnya belum tentu benar. Tulisan itu ditulis di sebuah forum public dan bukan Situs Berita. Michael Buehler ini berstatus sebagai Penulis Tamu di New Mandala dan baru memposting dua artikel, yang pertama artikel Pilkada Langsung tanggal 30 September 2014 dan Waiting in The White House Looby tanggal 6 November 2015.

Michael Buehler tidak satupun memastikan ada pembayaran sebesar USD 80 ribu dari Pemerintah Indonesia kepada Perusahaan Singapura tersebut. Buehler juga memastikan tidak ada satupun nama pejabat Indonesia yang tertulis pada Kontrak lobi politik tersebut. Soal judul yang digunakan di artikel Buehler adalah Judul sebuah analisa. Michael Buehler sama sekali belum/tidak menuduh pemerintah Indonesia telah membayar USD 80 ribu kepada Pereira International tetapi hanya membicarakan analisa-analisanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun