Bis kembali berjalan. Lima belas menit kemudian tiba di imigrasi Malaysia. Semua penumpang turun, menuju pos-pos pengecopan paspor yang berada di ruangan terbuka. Suasana di sini sungguh tenang dan bersih. Di kelilingi pepohonan nan rimbun. Angin bertiup sepoi. Daerah ini memang bukan merupakan pusat keramaian kota. Bisa dibilang kawasan hutan yang disulap menjadi kantor imigrasi nan mewah. Cop! Paspor kami akhirnya mendapatkan stempel dari petugas imigrasi. Kami berjalan menuju bis yang sudah menanti. Sampai bertemu lagi, Malaysia!
[caption caption="Antri cop paspor di imigrasi Malaysia"]
Jika di Malaysia semuanya terasa mudah karena masih berasal dari rumpun yang sama dengan Indonesia, maka di Thailand segalanya berubah drastis. Mulai dari bahasa, agama, budaya, hingga tulisan yang tentu saja tidak bisa dieja karena keriting semua. Hanya satu yang serupa, wajah. Itu pun tak bisa membantu. Namun semua itu tidak menyurutkan langkah kami untuk tetap meneruskan perjalanan. Justru semakin menarik untuk dihadapi. Ibarat bumbu penyedap dalam sebuah masakan. Terasa maknyus.
[caption caption="Memasuki imigrasi Thailand di Kota Sadao"]
Bis berhenti persis di depan sebuah ruko yang merupakan agen tempat penjualan tiket. Hatyai merupakan ibukota Provinsi Songkhla. Untuk melanjutkan ke terminal bis bisa menggunakan angkutan umum khas negara ini, tuk-tuk, dengan ongkos THB 30. Kota kecil ini meski terlihat ramai namun tidak sumpek. Terdapat banyak persimpangan.
Saya dan istri memilih berjalan kaki mengelilingi kawasan mungil ini. Toko-toko di sini banyak yang menjual souvenir dan oleh-oleh khas setempat. Kami nongkrong sejenak di tempat makan halal pinggir jalan. Nasi goreng dan Padtai menjadi santapan kami sore ini, ditambah dengan 2 gelas teh tarik. Totalnya THB 140. Kota ini lebih sering dijadikan sebagai tujuan wisatawan dari Malaysia dan Indonesia karena jaraknya yang lebih dekat.
[caption caption="Suasana Kota Hatyai"]
Sehabis makan, kami menuju terminal bis dengan menggunakan tuk-tuk dengan lama perjalanan 10 menit. Tiba di terminal kami mendatangi loket penjualan tiket. Tawar menawar pun terjadi. Semula ia memberikan harga THB 390. Saya menawarnya menjadi THB 350. Ia menolak. Dan kembali mengetik di kalkulator angka THB 335. Lah? Kenapa jadi lebih murah. Baiklah, tentu saja kami sepakat. Hehe. Akhirnya tiket berhasil didapat. Malam ini tepat pukul 8 malam kami akan berangkat menuju kota yang menjadi primadona pariwisata Thailand. Phuket.
[caption caption="Menaiki bis dari Hatyai menuju Phuket"]
Â
*Dokumen pribadi