Di atas permukaan yang keras,
Dua pria berdiri, tak kenal lelah.
Dalam arena penuh sorot lampu,
Mereka berdansa, tangan terangkat tinggi.
Pukulan demi pukulan, merdu bergema,
Di antara ketegangan dan hasrat.
Rintihan tinju, nyanyian keberanian,
Dalam setiap gerakan, cerita terukir jelas.
Rintih peluit memecah keheningan,
Mengakhiri duel di atas ring.
Namun, cerita tak berakhir di situ,
Tinju merajut kisah, dalam sejarahnya sendiri.
Di balik wajah yang berkeringat,
Terukir perjuangan, impian, dan rasa sakit.
Sebuah puisi untuk tinju, tinta di atas kulit,
Mengabadikan kisah para pejuang, abadi dalam ingatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H