1. Barthes
Teori ini dikemukakan oleh Roland Barthes (1915–1980). Dalam teorinya, Barthes membagi semiotika ke dalam dua tingkatan pemaknaan, yaitu tingkatan denotasi dan tingkatan konotasi.
Denotasi adalah tingkat penandaan yang memberikan makna yang eksplisit, langsung, dan pasti dengan menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda dalam realitas.
Menurut Yusita Kusumarini (2006), tingkat penandaan yang dikenal sebagai konotasi menggambarkan bagaimana hubungan antara penanda dan petanda beroperasi ketika maknanya implisit, tidak langsung, atau tidak pasti.
2. Peirce
Sementara itu, Peirce memberi nama ilmunya semiotika (semiotika). Peirce, seorang filsuf dan ahli logika, percaya bahwa penalaran manusia selalu dilakukan melalui tanda-tanda. Dengan kata lain, manusia hanya dapat bernalar menggunakan tanda-tanda.
Baginya, logika dan semiotika adalah istilah yang dapat dipertukarkan, dan semua jenis tanda dapat diklasifikasikan memiliki makna semiotik (Berger, 2000:11–22). Istilah semiotika telah mendapatkan lebih banyak daya tarik dalam perkembangan selanjutnya daripada semiologi.
Studi tentang tanda, tujuannya, dan bagaimana makna diciptakan dikenal sebagai semiotika. Tanda adalah sesuatu yang, bagi satu orang, memiliki makna yang berbeda.
3. Saussure