Mohon tunggu...
Fadjar PENA MANFAAT Setyanto
Fadjar PENA MANFAAT Setyanto Mohon Tunggu... Freelancer - PENA MANFAAT semoga pena ini selalu membawa manfaat.

Al Ghazali : kalau kamu bukan anak raja atau bukan anak ulama besar, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dua Hati (2)

26 Juni 2016   19:51 Diperbarui: 26 Juni 2016   20:39 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 “Apa kabar, Fir? Tks ya sudah mau menemui aku waktu itu”, tulis Anto di sms dua hari sejak pertemuan yang lalu.

“Baik To, kamu? Baik-baik juga ya?”, balas Fira.

“Ya, Alhamdulillah, selamat kerja ya, take care”, balas Anto.

Beberapa hari setelah pertemuan pertamanya dengan Fira, Anto mulai sering mengirim pesan singkat melalui sms. Sekedar mengucapkan “halo”. “sedang apa”, kadang agak nakal,”miss you”, “kangen” dan sejenisnya. Bisa dipastikan sekurangnya seminggu dua kali mereka berkomunikasi via sms. Anto merasa senang sekali karena komunikasinya dengan Fira berlangsung dengan baik.

Suatu pagi di dini hari, tiba-tiba ada sms masuk. Anto setengah sadar dari tidurnya, melihat ke arah jam dinding.  Jam menunjukkan jam 4.30 pagi. “Siapa sih yang pagi-pagi begini kirim sms?”. Dengan malas dia ambil handphonenya. Dia lihat, ternyata tertulis Fira Dear. Adrenalin Anto langsung terpacu. Rasa kantuknya hilang seketika. Di klik sms itu dan muncullah tulisan,“To, coba kamu seperti ini waktu di SMP”.

Anto setengah tidah percaya atas sms yang diterimanya tersebut. Fira menulis sms pagi-pagi? Bunyinya seperti itu? Apa iya Fira menulis pesan sms seperti itu? Dengan kepala yang dijejali pertanyaan kebingungan Anto mambalas sms itu, “Maaf Fir, maksud kamu gimana?”.

Tak berapa lama muncullah jawaban “Ah lupain aja deh, sorry mengganggu, aku mau siap-siap dulu ya”, jawab Fira di seberang sana.

Suatu jawaban yang menyisakan penasaran bagi Anto. Kenapa sih Fira tanya begitu.

Sementara di seberang sana, Fira sedang bersiap-siap ke kantor. Dia sudah selesai mandi dan merapikan tubuhnya. Hari ini dia akan sangat sibuk. Meeting dengan direksi jam 10, lalu mengunjungi gudang vendor memastikan kondisi dan keberadaan barang, lalu sore hari bertemu satu vendor dari Jepang. Setelah selesai dengan sarapannya dia mengambil tasnya, langsung menuju garasi. Dia hidupkan mobilnya lalu dia melaju dengan mobil sedan favoritnya.

Sementara Anto masih dipenuhi dengan rasa penasaran, dia pun menulis kembali.”Boleh aku telpon nanti siang?”.

Pesan terakhir nampak belum dibuka oleh Fira, dari hp-nya Anto memantau. Anto pun sangat gelisah. Hampir setiap lima menit dia melihat ke arah hp-nya. Tetap belum ada tanda-tanda bahwa Fira membaca sms terakhir darinya. Anto tidak berani menelpon Fira.

Hingga jam makan siang pun, belum ada tanda-tanda sms dari Anto dibaca oleh Fira. Anto merasakan waktu sangat lambat hari ini. Kerja tidak konsentrasi. Kegelisahannya pun tidak bisa ditutupi. Anto berkata pada dirinya sendiri,”Ada apa ya dengan Fira, sms belum dibaca, semoga kondisinya baik-baik saja”.

“Baiklah bila jam 6 malam belum dibaca juga, aku akan telpon”, gumam Anto pada dirinya.

“I must call her, I can’t miss her again, long time I miss her, I don’t want to miss her again”, Anto masih sibuk bergumam dengan dirinya,”No, no, no, no, and no”.

Tepat jam 6 sore, Anto melihat lagi ke  arah hp-nya. Nampak belum dibaca juga. “Baiklah aku akan telpon sekarang”, diambilnya hp-nya lalu dicari nama Fira Dear.

Anto mendengarkan nada tunggu, “tut”, “tut”, dan persis yang akan “tut” ketiga terdengar suara dari balik sana. Anto pun lega bahwa Fira menjawab telponnya.

“Halo”, jawab Fira di seberang.

“Assalamualaikum, Anto Fir”, jawab Anto.

“Waalaikum salam, waduh Anto, maaf aku belum sempet buka sms lagi sejak tadi pagi”, suara Fira menjelaskan posisinya,”Agak hektik hari ini, tapi sekarang sudah senggang sih”.

“Bener nih aku nggak nganggu kamu, Fir?”, tanya Anto agak kuatir, dia pun melanjutkan pertanyaannya”Itu sms kamu maksudnya apa tadi pagi?”.

“Fir, sungguh aku gelisah seharian ini, karena kamu gak jawab sms ku”, Anto menjelaskan lagi.

“Ah yang beneeeeeer?”, jawab Fira,”Kamu suka drama deh”.

“Sumpah”, jawab Anto mempertegas jawabannya.

“To, To, coba dulu kamu di SMP seperti ini”, jawab Fira,sambil melanjutkan,”Nggak cuek, nggak sombong”.

“Hah? Aku? Sombong? Cueek ke kamu?”, tanya Anto tidak mengerti dengan penjelasan Fira.

“Kita sudah saling kenal dari kita di TK, lalu SMP, tapi aku mencari info tentang kamu sudah sejak pertama kali masuk SMP”, jelas Fira dari seberang sana.

“Saat kita masuk SMP pertama kali, aku , melihat di ranking pertama, ada nama kamu, saat itu aku yakin aku tahu dengan orang ini, karena nama itu tidak asing bagiku”, jawabnya.

“Begitu juga saat kita ada di kelas yang sama, aku melihat absen kelas, Aku melihat kamu ada di nomor urut delapan dari atas, sedangkan namaku ada di nomor urut delapan dari belakang”, jawab Fira. Anto terbengong-bengong mendengarkan penjelasan Fira.

“Kamu sempet membuat aku “klik” saat kita  sedang latihan upacara bendera, kamu sempet sebut nama bahwa pacar kamu adalah aku”, jelas Fira,”Aku sempet seneng tapi sejak saat itu perlakuan kamu berubah ke aku, bukannya mendekat tapi malah menjauh”.

“Aku banyak korban perasaan memikirkan kamu, kamulah yang pertama kali bikin aku menangis”, Fira menambahkan.

“Fir, saat aku bilang ke temen-temen aku bahwa pacarku adalah kamu di depan teman-teman, itu memang benar Fir”, Anto mengakui ucapannya.

“Bener apaaaaaakah?”, Fira agak meledek Anto.

“Tahu, nggak bahwa aku dari senang sampai menjadi benci ke kamu, To”, jelas Fira.

“Aku sempet melarang temen sekelasku untuk tidak menyebut nama kamu di hadapan teman-teman saat itu”, lanjut Fira.

“Nah itu dia Fir”, potong Anto,”Sejak kamu mendeklarasikan kamu benci aku, di saat yang sama kayaknya aku sedang mulai suka kamu, suka banget”.

“Cuma Fir, yang aku rasakan ialah susah sekali mendekati kamu saat itu”, terang Anto.

“Setiap aku mau dekat-dekat kamu, kamu lari atau sembunyi”, Anto menerangkan,”Aku semakin tertekan Fir”.

“Ujung-ujungnya dari perasaanku yang tertekan saat itu, ialah aku sakit dan harus rebahan selama seminggu di rumah”.

“Saat aku sakit itu, pernah suatu kali aku mengingau, dan menyebut nama kamu”, cerita Anto.

”Simbok yang kerja di tempatku yang tahu kejadiannya”.

“Dia sempet bertanya tentang nama yang aku sebut saat aku mengigau saat itu”, cerita Anto.

“Simbok bertanya sama aku tentang nama yang aku sebutin”.

“Aku bertanya pada simbok, memangnya kenapa dia bertanya seperti itu”, tanyaku.

“Selanjutnya dia menjelaskan padaku bahwa saat aku tidur, aku menyebut sebuah nama dan dia menjelaskan bahwa nadaku sedih sekali saat memanggil nama Kamu,” Anto menjelaskan ke Fira.

“Nama yang aku sebut itu nama kamu, Fir”, tegas Anto.

“Yang beneer?”, kata Fira,”Bisa aja kamu”.

“Aku nggak bohong Fir, simbok memang pernah bertanya itu padaku dan aku ingat betul”, jawab Anto.

Selanjutnya Anto menceritakan saat sakit tersebut, dia harus berbaring di tempat tidur selama seminggu, dan tidak boleh makan keras-keras serta pedes. Kondisi penyakit Anto, mamaksa Anto harus istirahat total.

Waktu itu dokter berkata padaku Fir, agar jangan berfikir yang berat. Aku dalam hati berkata,”Dokter gimana gak tertekan dok…….Fira susah aku deketin”.

“Terus saat sakit siapa yang datang?”, selidik Fira.

“Temen sekolah nggak ada yang datang, karena saat itu liburan semester”, jawab Anto,”Hanya seorang perempuan namanya Nining, temenku SD yang datang mejenguk aku, dia datang sendirian”.

“Dia sempet mijet-mijet kakiku saat itu”, jawab Anto.

“Aku nggak denger sih, kamu sakit, jadinya aku nggak datang”, jelas Fira.

“Eeem To…………., kamu dimana sekarang?”, tanya Fira.

“Aku di bawah, di café waktu itu”, jawab Anto.

“Heeeeiiiih Anto, kamu ada di bawah nggak bilang aku, ya udah aku turun, tunggu ya”, jawab Fira.

Hati Anto sangat berbunga-bunga mendengar Fira akan menemuinya di café. Segera dia membetulkan penampilannya. Mencium bau badannya, apakah sangat berbau atau tidak. Anto puas dengan penampilannya karena sudah rapi  dan tidak ada bau yang aneh.

Beberapa menit kemudian, Anto melihat seorang perempuan yang senyum-senyum menghampiri ke arahnya. Setelan biru muda yang dipakainya menambah keanggunan perempuan itu. Mata Anto begitu berbinar melihat perempuan itu. Anto pun tersenyum senang.  Perempuan itu Fira. Anto pun berdiri, setelah Fira benar-benar dekat dengan meja. Anto mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Fira. Anto juga mencium pipi Fira kiri dan kanan.

“Kamu ternyata sudah disini ya?’, Fira membuka pertanyaan.

Bersambung……..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun