Dari statement itu sebenarnya tanpa sadar mengakui bahwa ada salah satu kandidat yang berpotensi dapat di permalukan karena berpotensi tidak bisa menjawab sebuah pertanyaan atau bahkan minimal terbata-bata atau gagu apa yang harus di jawab oleh kandidat. Hal membuat jengkel lainnya adalah KPU seakan akan melindungi wajah salah satu kandidat agar tidak di permalukan.Â
Padahal fungsi debat itu sendiri adalah agar kita tahu siapa yang kalah dan siapa yang menang alias harus ada yang harus di permalukan atau kita sebut saja adalah yang kalah. Tetapi KPU ingin menghindari itu, padahal itu adalah debat bukan sebuah rapat yang hasilnya tidak ada menang kalah tetapi hasil kesepakatan bersama
Ini harus di koreksi kepada KPU itu sendiri bahwa semakin banyak hal-hal polemik ini akan membuat tingkat golput terus meningkat. Terlebih ini adalah pemilu yang bisa di katakan sangat rumit karena pemilihan DPR,DPD,DPRD,Presiden & Wakil Presiden secara serentak di waktu yang bersamaan.Â
Hal ini bukan hanya berimbas kepada para kandidat capres maupun cawapres karna itu akan berimbas kepada golput kepada pemilihan legeslatif dan para peserta partai pemilu. Ibarat pemilu ini adalah sebuah puzzle yang bertingkat, jika pemilu ini sukses akan berkesan sangat indah untuk semuanya, tetapi jika ada salah satu puzzle saja yang salah akan meruntuhkan semuanya
Muhammad Farras Fadhilsyah
Mahasiswa Public Relation Universitas Al-Azhar Indonesia
Pemerhati Demokrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H