Mohon tunggu...
Fadhilsyah
Fadhilsyah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Public Relations Universitas Al-Azhar Indonesia | Aktivist Mahasiswa | Analys Politic

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Debat Capres Atau Debat Timses?

9 Januari 2019   13:41 Diperbarui: 9 Januari 2019   17:06 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capres-Cawapres Pilpres 2019

Debat kandidat adalah salah satu program dari pesta demokrasi yang sangat di tunggu tunggu oleh masyarakat Indonesia, karena dari program acara debat itu masyarakat bisa jelas menyimak dan mempertimbangkan program-program dari pasangan kandidat untuk memajukan negara tercinta ini untuk 5 tahun ke depan

hal lumrah biasanya terjadi ketika perdebatan itu berlangsung selalu ada situasi yang tegang tetapi bukan tegang dalam suasana yang mencekam tetapi tegang dalam artian menunggu pertanyaan yang di lemparkan tim panelis dan menunggu jawaban apa yang akan di jawab oleh masing masing kandidat, apakah kandidat itu bisa memberikan jawaban yang puas atau tidak di situlah nikmatnya menyaksikan sebuah perdebatan kandidat

KPU baru baru ini membuat sebuah regulasi baru yang di sepakati oleh kedua timses kandidat yaitu akan memberikan sebuah kisi-kisi pertanyaan oleh KPU kepada kedua pasangan calon presiden-wakil presiden dalam debat pilpres 17 Januari mendatang. 

Hal ini banyak membuat masyarakat bertanya-tanya dan mungkin juga terheran-heran kok se kelas debat tingkat calon presiden diberikan sebuah kisi-kisi layaknya anak sd ingin mengikuti ujian sekolah tingkat kenaikan kelas. 

Ada beberapa alasan yang masuk akal yang diberikan oleh KPU mengapa akan di berikan kisi-kisi karena agar menjaga debat itu lebih substantif sesuai tema dan para pasangan calon kandidat bisa menjawabnya secara matang sesuai tema agar tidak menyinggung ke lain hal

Memang alasan itu bisa terlihat betul dan sangat logis jika kita menerimanya sebagai masyarkat awam. Tetapi dalam segi intelektualitas tanpa sadar akan mengaktifkan sebuah abstraksi dalam pemikiiran. 

Di dalam debat capres ini bukan hanya sekedar persoalan apakah sebuah kandidat itu bisa menjawab pertanyaan yang di lemparkan oleh panelis atau tidak, tetapi di dalam debat itu akan di perlihatkan sebuah gimik, psikoligis tubuh, mimik wajah seorang pemimpin d saat ber argument itu seperti apa

Jika kita bayangkan bahwa debat capres di berikan kisi-kisi sebelum 7 hari dilakukan nya acara debat capres itu sendiri, otomatis yang akan membangun sebuah narasi dan argument dari setiap pertanyaan adalah tim sukses para kandidat calon tersebut, bukan seperti biasanya yang dimana para calon kandidat di buat tegang bagaimana menjawab pertanyaan dari panelis dan ber argument secara spontan. 

Karena dari tingkgat psikoligis saja itu tidak bisa di bohongi ketika para kandidat menjawab pertanyaan nya, apakah kandidat itu memahami persoaalan itu atau tidak itu akan sangat terlihat jelas dengan spontan

Ini juga seakan akan membuat acara debat capres itu akan terasa hambar karna rasa tegang itu sepertinya tidak terbangun seperti biasanya karna kisi kisi nya sudah di beri tahu.  Dan selain itu masyarakat akan merasa kurang trust terhadap integritas calon kandidat itu sendiri karena masyarakat tanpa sadar tahu bahwa jawaban yang di ucapkan adalah komando dari para timses nya bukan dari hasil retorika berfikir para kandidat

Semakin memperkeruh sebuah issue Ketua KPU pun mengatakan statement bahwa hal ini di berlakukan agar di dalam debat tidak ada pasangan calon yang di permalukan, hal ini membuat jengkel bahkan semakin terheran heran. 

Dari statement itu sebenarnya tanpa sadar mengakui bahwa ada salah satu kandidat yang berpotensi dapat di permalukan karena berpotensi tidak bisa menjawab sebuah pertanyaan atau bahkan minimal terbata-bata atau gagu apa yang harus di jawab oleh kandidat. Hal membuat jengkel lainnya adalah KPU seakan akan melindungi wajah salah satu kandidat agar tidak di permalukan. 

Padahal fungsi debat itu sendiri adalah agar kita tahu siapa yang kalah dan siapa yang menang alias harus ada yang harus di permalukan atau kita sebut saja adalah yang kalah. Tetapi KPU ingin menghindari itu, padahal itu adalah debat bukan sebuah rapat yang hasilnya tidak ada menang kalah tetapi hasil kesepakatan bersama

Ini harus di koreksi kepada KPU itu sendiri bahwa semakin banyak hal-hal polemik ini akan membuat tingkat golput terus meningkat. Terlebih ini adalah pemilu yang bisa di katakan sangat rumit karena pemilihan DPR,DPD,DPRD,Presiden & Wakil Presiden secara serentak di waktu yang bersamaan. 

Hal ini bukan hanya berimbas kepada para kandidat capres maupun cawapres karna itu akan berimbas kepada golput kepada pemilihan legeslatif dan para peserta partai pemilu. Ibarat pemilu ini adalah sebuah puzzle yang bertingkat, jika pemilu ini sukses akan berkesan sangat indah untuk semuanya, tetapi jika ada salah satu puzzle saja yang salah akan meruntuhkan semuanya

Muhammad Farras Fadhilsyah

Mahasiswa Public Relation Universitas Al-Azhar Indonesia

Pemerhati Demokrasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun