Mohon tunggu...
Fadhilah Mursyid
Fadhilah Mursyid Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Masih Belajar mohon berkenan memberikan saran jika ada salah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Praktik Penalaran Bayani, Irfani, dan Burhani Masyarakat Muslim di Indonesia

30 November 2020   00:32 Diperbarui: 30 November 2020   00:49 2789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Pendahuluan

Manusia dianugrahi akal oleh Tuhan guna untuk memahami dan memikirkan sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa ungkapan, penjelasan, fenomena, dan lain-lain yang dapat ditangkap oleh panca indra. Dari hal ini lahirlah sebuah tindakan. Pemahaman yang baik akan membawa kepada tindakan yang baik pula, dan begitu pula pemahaman yang kurang baik, yaitu pemahaman yang tidak sempurna dan bersifat spontan akan menggiring kepada tindakan yang spontan pula. Sebuah tindakan seperti ini akan sulit untuk dikontrol, bahkan lebih dekat kepada merusak dan membahayakan.

Begitu pula dalam memahami agama. Pemahaman agama yang belum sempurna hanya akan melahirkan tindakan yang sangat susah dikendalikan, bahkan oleh agama sendiri. Pemahaman yang tidak sempurna ini dapat melelapkan keberadaan dan peran akal, lambat laun keberadaan dan kebenaran yang dicapai oleh akal akan terpental dengan sendirinya, sebab sudah termakan oleh pemahaman yang belum utuh atau sempurna.

Dalam peradaban Islam, khasanah pemikiran Islam terus melakukan perkembangan, salah satunya adalah sumbangan dari pemikir muslim kontemporer Muhammad Abid al-Jabiri yang mencetuskan tentang 3 metodologi pemikiran filsafat Islam yakni bayani, irfani, dan burhani. Ciri menojol yang membedakan ketiganya satu sama lain ialah model metode berpikir yang berbeda-beda. Bayani sendiri mengandalkan teks sebagai dasarnya, sedangkan irfani mengandalkan pengalaman langsung dan yang terakhir yaitu bayani, model metodologi yang satu ini tidak menggunakan keduanya (teks maupun pengalaman) melainkan atas dasar keruntutuan logika.

B. Epistemologi Bayani

Bayani (Arab) berarti penjelasan, menyingkap, dan menjelaskan sesuatu, yakni mejelaskan maksud suatu pembicaraan dengan menggunakan kata yang paling baik. Menurut al-Jabir, corak epistemologi bayani secara historis sendiri adalah sistem epistemologi yang pertama kali muncul dalam kalangan Arab.

Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang menekankan otoritas teks (nash), secara langsung maupun tidak langsung, dan dijustifikasi oleh akal kebahasaan yang digali inferensi. Secara langsung artinya memahami teks sebagai pengetahuan jadi tanpa ada lagi pemahaman dan langsung dipraktikkan, secara tidak langsung berarti memahanmi teks secara mentah tanpa memerlukan tafsir dan penalaran. Kendati demikian, bukan berarti akal atau rasio bebas menentukan makna dan maksudnya, tetapi tetap harus bersandar pada teks.

Konsep dasar sistem bayani adalah menggabungkan metode fiqih yang dikembangkan oleh Imam Syafi'i dengan metode retorika yang al-Jahiz. Estimologi ini didukung oleh pola pikir fiqh dan kalam. Estimologi bayani bukan tidak memiliki kelemahan dalam pengembangan Islamic studies, menurut Amin Abdullah hal ini akan sangat terlihat apabila tradisi berpikir tekstual keagamaan ini harus berhadapan dengan teks-teks keagamaan yang dimiliki oleh komunitas, kultur, bangsa, dan masyarakat yang beragama lain.

C. Epistemologi Irfani

Secara etimologi irfani berasal dari bahasa Arab 'arafa yang semakna dengan kata makrifat, berarti pengetahuan. Secara terminologi sendiri irfani dapat diartikan sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat penyinaran hakekat oleh Tuhan kepada hamba-Nya setelah adanya olah ruhani yang dilakukan atas dasar cinta. Kebalikan dari bayani, sasaran bidik irfani adalah aspek esoterik, apa yang ada dibalik teks.

Pengetahuan irfani merupakan kelanjutan dari bayani, pengetahuan irfani tidak didasarkan atas teks bayani, tetapi kasyf, yaitu tersingkapnya rahasia-rahasia realitas Tuhan. Menurut Jabir. Pengalaman kasyf tidak dihasilkan melalui proses penalaran intelektual melainkan melalui mujahadah dan riyadah. Secara metodologis pengetahuan ruhani diperoleh melalui tiga tahapan, yaitu: persiapan, penerimaan, dan pengungkapan baik secara lukisan maupun tulisan.

Menurut Jabir sendiri metode inilah yang menyebabkan umat Islam "tertinggal" atau tidak dapat menjawab pesoalan yang ada di lingkungan masyarakat Islam khusunya dan masyarakat lain umumnya. Sehingga al-Jabir mengusulkan hendaknya umat Islam tidak larut pada metode ini, atau kalau boleh dengan kondisi masyarakat modern sakarang ini, hendaknya metode ini dipinggirkan dalam mencari kebenaran, sehingga Islam benar-benar menjadi rahmatan lil 'alamin dan mampu menjawab semua persoalan yang ada dilingkungannya.

D. Epistemologi Burhani

Dalam khasanah kosakata bahasa Arab kata al-Burhan memiliki arti argumen yang jelas dan tegas. Dalam perspektif logika (almantiq), burhani adalah aktivitas berpikir untuk menetapkan kebenaran suatu premis melalui metode pengambilan kesimpulan, dengan menghubungkan premis tersebut dengan premis lainnya yang dibenarakan oleh nalar. Bagi Jabir sendiri metode burhani bertumpu sepenuhnya kepada kemampuan intelektual manusia, baik panca indra, pengalaman, maupun daya rasional, dalam rangka memperoleh pengetahuan tentang semesta, bahkan dapat menghasilkan pengetahuan yang bersifat pospulatif.

Epistemologi burhani berbeda dengan yang lainnya. Burhani menyadarkan diri kepada kekuatan rasio, akal, yang dilakukan lewat dalil-dalil logika. Bahkan dalil-dalil agama hanya bisa diterima asalkan sesuai dengan dalil-dalil logika, memberikan penilaian dan keputusan yang masuk lewat panca indra, yang dikenal dengan tasawwur dan tashdiq. Tasawwur adalah pembentukan konsep berdasar datadata yang diterima panca indra, sedangkan tahsdiq adalah proses pembuktian terhadap kebenaran konsep tersebut.

Pada epistemologi ini akal sangan berperan karena fungsi akal selalu diarahkan untuk mencari sebab-akibat. Fungsi dan peran akal pada epistemologi ini tidak mengukuhkan kebenaran teks dalam nalar bayani, tetapi lebih ditekankan untuk analisis dan menguhi terus menerus kesimpulan-kesimpulan sementara dan teroi yang dirumuskan lewat premis-premis logika keilmuan.

E. Epistemologi Yang Dianut Masyarakat Muslim di Indonesia

Indonesia adalah salah satu negara yang rata-rata penduduknya menganut agama Islam. Karena Indonesia sendiri merupakan negara demokratis, banyak sekali masyarakat Islam yang membentuk organisasi massa (ormas) guna menghimpun orang-orang yang memiliki tujuan dan pandangan yang sama dalam keagamaan. Organisasi massa muslim di Indonesia sangatllah banyak, hal ini dikarenakan adanya perbedaan pandangan dalam keberagamaan antara satu dengan yang lain. Salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan ini adalah landasan metode berpikir mereka. Berikut ini beberapa contoh ormas Islam yang ada di Indonesia.

1.Nahdlatul 'Ulama (NU) Nahdlatul 'Ulama (NU) merupakan salah satu ormas yang paling banyak pengikutnya di Indoneisa. Organisasi ini menggunkan lebih cenderung berlandasan epistemologi bayani, hal ini terlihat dari corak keorganisasian yang dalam praktiknya mengandalkan kitab-kitab kuning sebagai landasan pemecahan masalah sebagai kepanjangan dari alQur'an dan Hadis.Meskipun begitu mereka tetap menggunakan kedua yang lainnya karena ketiga epistemologi ini saling melengkapi satu sama lain.

2.Muhammadiyah

Selain NU, Muhammadiyah juga merupakan salah satu ormas yang memiliki banyak penganut di Indonesia. Organisasi ini lebih cenderung berkutat pada epistemologi burhani (seperti halnya NU,

Muhammadiyah juga memakai epistemologi yang lain sebagai penyempurnaan). ini terlihat dari sikap mereka yang dalam pengambilan dasar hukum terlebih dahulu melihat di Qur'an dan Sunnah jika tidak ada baru berijtihad.

3.LDII (Lembaga Dakwah Islam

Indonesia)

LDII merupakan organisasi yang tidak menganut salah satu dari ketiga epistemologi yang telah dipaparkan. LDII memiliki pendapat bahwa Imam mereka adalah segalanya. Mereka hanya mau mendengar isi kandungan al-Qur'an dan Hadis apabila itu disampaikan oleh imam mereka. Imam adalah bak wahyu yang tidak dapat dibantah. Keluar dari pemahaman imam berarti sesat.

4.Safafi

Salafi merupakan kelompk paham Wahabi yang tentunya dikenal sangat berpedoman dengan al-Qur'an bahkan hanya beberapa Hadis saja. Epistemologi kelompok ini menyerupai bayani dimana teks sebagai dasarnya. Namun dalam kasus mereka, mereka tidak mentolerir adanya metode ijtihad.

5.Majelis Tafsir al-Qur'an (MTA)

MTA merupakan organisasi yang jelasjelas menyimpang dari Islam. Mereka merupakan organisasi yang dalam meyampaikan dakwah menjadikan amalanamalan kaum Nahdhiyyin sebagai sasaran, mencari cela dan mengkritik dengan ungkapan yang menyakitkan. Organisasi ini pada dasarnya hanya berdasarkan pada alQur'an saja dan secara mutlak menolak hadis yang dhaif.

F. Kesimpulan

Dalam khasanas filsafat Isalam, terdapat tiga epistemologi yang dicetuskan oleh Muhammad Abid al-Jabiri, yaitu: bayani, irfani, dan burhani. Di Indoesia sendiri banyak sekali ormas-ormas Islam yang menganut paham filsafat Islam seperti yang telah dikemukakan. Seperti contohnya NU dan Muhammadiyah. Namun, tetap ada yang berbeda dari dari apa yang telah disampaikan, seperti: LDII, Salafi, MTA, dan lain-lain.

Daftar Pustaka

Kusuma, Wira Hadi. 2018. Epistemologi Bayani, Irfani dan Burhani Al-Jabiri dan Relevansinya Bagi Studi Agama Untuk Resolusi Konflik dan Peacebuilding. Syi'ar Vol 18 No. 1 Januari-Juni 2018.

Ariadi, Purmansyah. Tasawuf Melayu Nusantara: Perspektif Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Abbas, Afif Fauzi. Integrasi Pendekatan

Bayn, Burhn, dan 'Irfn Dalam Ijtihad Muhammadiyah. Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah

Fadhilah Mursyid

20105050083

Mahasiswa Fakultas Ushuluddi dan Pemikiran Islam Program Studi Ilmu Hadis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun