Menurut Jabir sendiri metode inilah yang menyebabkan umat Islam "tertinggal" atau tidak dapat menjawab pesoalan yang ada di lingkungan masyarakat Islam khusunya dan masyarakat lain umumnya. Sehingga al-Jabir mengusulkan hendaknya umat Islam tidak larut pada metode ini, atau kalau boleh dengan kondisi masyarakat modern sakarang ini, hendaknya metode ini dipinggirkan dalam mencari kebenaran, sehingga Islam benar-benar menjadi rahmatan lil 'alamin dan mampu menjawab semua persoalan yang ada dilingkungannya.
D. Epistemologi Burhani
Dalam khasanah kosakata bahasa Arab kata al-Burhan memiliki arti argumen yang jelas dan tegas. Dalam perspektif logika (almantiq), burhani adalah aktivitas berpikir untuk menetapkan kebenaran suatu premis melalui metode pengambilan kesimpulan, dengan menghubungkan premis tersebut dengan premis lainnya yang dibenarakan oleh nalar. Bagi Jabir sendiri metode burhani bertumpu sepenuhnya kepada kemampuan intelektual manusia, baik panca indra, pengalaman, maupun daya rasional, dalam rangka memperoleh pengetahuan tentang semesta, bahkan dapat menghasilkan pengetahuan yang bersifat pospulatif.
Epistemologi burhani berbeda dengan yang lainnya. Burhani menyadarkan diri kepada kekuatan rasio, akal, yang dilakukan lewat dalil-dalil logika. Bahkan dalil-dalil agama hanya bisa diterima asalkan sesuai dengan dalil-dalil logika, memberikan penilaian dan keputusan yang masuk lewat panca indra, yang dikenal dengan tasawwur dan tashdiq. Tasawwur adalah pembentukan konsep berdasar datadata yang diterima panca indra, sedangkan tahsdiq adalah proses pembuktian terhadap kebenaran konsep tersebut.
Pada epistemologi ini akal sangan berperan karena fungsi akal selalu diarahkan untuk mencari sebab-akibat. Fungsi dan peran akal pada epistemologi ini tidak mengukuhkan kebenaran teks dalam nalar bayani, tetapi lebih ditekankan untuk analisis dan menguhi terus menerus kesimpulan-kesimpulan sementara dan teroi yang dirumuskan lewat premis-premis logika keilmuan.
E. Epistemologi Yang Dianut Masyarakat Muslim di Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara yang rata-rata penduduknya menganut agama Islam. Karena Indonesia sendiri merupakan negara demokratis, banyak sekali masyarakat Islam yang membentuk organisasi massa (ormas) guna menghimpun orang-orang yang memiliki tujuan dan pandangan yang sama dalam keagamaan. Organisasi massa muslim di Indonesia sangatllah banyak, hal ini dikarenakan adanya perbedaan pandangan dalam keberagamaan antara satu dengan yang lain. Salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan ini adalah landasan metode berpikir mereka. Berikut ini beberapa contoh ormas Islam yang ada di Indonesia.
1.Nahdlatul 'Ulama (NU) Nahdlatul 'Ulama (NU) merupakan salah satu ormas yang paling banyak pengikutnya di Indoneisa. Organisasi ini menggunkan lebih cenderung berlandasan epistemologi bayani, hal ini terlihat dari corak keorganisasian yang dalam praktiknya mengandalkan kitab-kitab kuning sebagai landasan pemecahan masalah sebagai kepanjangan dari alQur'an dan Hadis.Meskipun begitu mereka tetap menggunakan kedua yang lainnya karena ketiga epistemologi ini saling melengkapi satu sama lain.
2.Muhammadiyah
Selain NU, Muhammadiyah juga merupakan salah satu ormas yang memiliki banyak penganut di Indonesia. Organisasi ini lebih cenderung berkutat pada epistemologi burhani (seperti halnya NU,
Muhammadiyah juga memakai epistemologi yang lain sebagai penyempurnaan). ini terlihat dari sikap mereka yang dalam pengambilan dasar hukum terlebih dahulu melihat di Qur'an dan Sunnah jika tidak ada baru berijtihad.