Mohon tunggu...
Fadhel Fikri
Fadhel Fikri Mohon Tunggu... Penulis - Co-Founder Sophia Institute dan Pembisnis Sabda Literasi Palu

Co-Founder Sophia Institute Palu, serta pegiat filsafat dan sains. Selain itu, sedang menghasilkan bisnis online di https://sabdaliterasi.xyz

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Beban Kebebasan, Berani Memilih atau Terbelenggu Pilihan?

23 November 2024   03:16 Diperbarui: 23 November 2024   11:37 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kebebasan adalah kata yang memiliki banyak arti, sering kali diucapkan dengan penuh semangat, bahkan dengan rasa bangga. Banyak orang menganggap kebebasan sebagai esensi dari kehidupan manusia yang sejati.

"Kebebasan" adalah sesuatu yang kita cita-citakan, yang kita dambakan, dan yang kita perjuangkan. Namun, di balik kata itu ada banyak paradoks yang tidak banyak orang bicarakan. Kebebasan sering kali dianggap sebagai hak untuk memilih, untuk menentukan jalan hidup sesuai dengan keinginan kita.

Namun, apakah kita benar-benar memahami apa itu kebebasan? Apakah kebebasan yang kita cari membawa kita menuju kebaikan atau malah mengikat kita dalam suatu beban yang berat? Seperti yang akan kita lihat, kebebasan itu bukan hanya tentang memilih, tetapi tentang keberanian untuk menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan kita.

Kebebasan sebagai Beban

Kebebasan bukanlah suatu kondisi yang murni bebas dari segala bentuk beban. Sebaliknya, kebebasan adalah beban itu sendiri. Ketika seseorang dihadapkan pada pilihan, di situlah beban pertama muncul. Kita sering kali menganggap bahwa kebebasan adalah tentang memilih apa yang kita inginkan, tetapi itu hanyalah bagian dari gambaran yang lebih besar.

Dalam kenyataannya, kebebasan yang kita anggap sebagai hak untuk memilih justru sering kali membawa kita pada ketidakpastian dan kebingungan. Setiap pilihan yang kita buat datang dengan konsekuensi yang tak dapat kita hindari. Beban yang datang dengan kebebasan ini sering kali tidak kita sadari hingga kita benar-benar dihadapkan pada pilihan yang berat, pilihan yang harus kita tanggung sendiri.

Baca juga: Menggugat Metodologi Cartesian: Kritik Terhadap Pendekatan Descartes

Ketika kita memiliki banyak pilihan, kebebasan seharusnya memberi kita kekuatan untuk menentukan nasib kita. Tetapi dalam kenyataannya, semakin banyak pilihan yang ada, semakin besar beban yang kita rasakan. Pilihan yang tidak terhitung jumlahnya justru membuat kita bingung, terkadang malah takut untuk memilih. Ketika kita tidak tahu apa yang benar atau yang terbaik, setiap keputusan menjadi semakin sulit, semakin menakutkan.

Dan di situlah kita mulai merasa terjebak dalam kebebasan itu sendiri. Pilihan yang datang dengan kebebasan bukanlah pilihan yang membuat kita merasa bebas; sebaliknya, mereka sering kali mengurung kita dalam kekhawatiran akan kesalahan, kegagalan, atau penyesalan di masa depan. Kebebasan, yang seharusnya memberi kita rasa kontrol atas hidup, justru mengikat kita dalam jaring-jaring ketakutan akan konsekuensi pilihan kita.

Kebebasan dan Ketakutan akan Kesalahan

Pada titik ini, kita harus mempertanyakan: apakah kebebasan itu benar-benar pilihan kita, atau apakah kita hanya terperangkap dalam kebebasan itu karena takut untuk membuat kesalahan? Ketika seseorang diberi kebebasan untuk memilih, ia juga dihadapkan dengan beban kesalahan. Kita takut salah, kita takut memilih dengan cara yang salah. Kita sering kali merasakan tekanan untuk membuat keputusan yang sempurna, yang tanpa cela, seakan-akan hidup kita akan berantakan jika kita membuat keputusan yang salah.

Dengan banyaknya pilihan yang tersedia, kita tidak hanya merasa terbebani oleh kenyataan bahwa kita harus memilih, tetapi juga merasa terperangkap dalam ketakutan akan pilihan yang salah. Ketakutan ini sering kali tidak rasional, tetapi itu adalah bagian dari realitas yang kita hadapi dalam dunia yang penuh dengan pilihan-pilihan yang terbuka.

Di sini, kebebasan bukan lagi tentang mendapatkan pilihan yang lebih banyak, tetapi tentang bagaimana kita merespons ketakutan terhadap kesalahan. Bukankah banyak dari kita yang sering memilih untuk tidak memilih sama sekali, agar kita tidak terjebak dalam risiko keputusan yang salah? Dalam kebebasan, kita malah seringkali memilih untuk menghindari pilihan yang benar-benar menguji diri kita.

Kebebasan yang sejati adalah tentang keberanian untuk membuat pilihan tanpa rasa takut, tanpa terus-menerus merenungkan kemungkinan yang tidak pernah selesai. Kebebasan adalah tentang menerima bahwa kita mungkin akan membuat kesalahan, dan kesalahan tersebut adalah bagian dari hidup itu sendiri, bukan hal yang perlu kita hindari dengan segala cara.

Kebebasan dan Tanggung Jawab

Namun, kebebasan tidak hanya datang dengan beban ketakutan akan kesalahan. Kebebasan juga datang dengan tanggung jawab yang harus kita hadapi. Setiap keputusan yang kita buat tidak hanya mempengaruhi hidup kita, tetapi juga hidup orang lain di sekitar kita. Kita hidup dalam sebuah dunia yang saling terhubung, di mana setiap pilihan yang kita buat dapat membawa dampak besar, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam kebebasan kita untuk memilih, kita harus menyadari bahwa keputusan kita tidak hanya berkaitan dengan diri kita sendiri. Kita tidak pernah benar-benar bebas dalam pengertian yang absolut; kebebasan kita selalu dibatasi oleh kesadaran akan tanggung jawab kita terhadap orang lain.

Baca juga: Keadilan dan Perdamaian: Dilema Etis dalam Konflik Iran-Israel

Di sinilah letak paradoks kebebasan. Kita memilih, kita bebas memilih, tetapi kita juga harus bertanggung jawab atas pilihan itu. Kebebasan tanpa tanggung jawab bukanlah kebebasan sejati. Sering kali kita melihat kebebasan sebagai hak untuk melakukan apa saja yang kita inginkan, tanpa memikirkan dampaknya terhadap orang lain atau dunia sekitar kita.

Namun, kebebasan sejati adalah tentang menyadari bahwa setiap tindakan kita mempengaruhi lebih banyak orang daripada yang kita kira. Kebebasan yang kita nikmati juga menjadi beban bagi kita ketika kita menyadari bahwa kita tidak hanya memilih untuk diri kita sendiri, tetapi untuk seluruh dunia yang kita huni.

Kebebasan, Ketidakpastian, dan Penerimaan

Kebebasan, dalam akhirnya, adalah tentang penerimaan---penerimaan akan ketidakpastian yang datang dengan setiap pilihan. Kita hidup dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian. Setiap keputusan yang kita buat membuka jalan menuju kemungkinan yang tak terhitung jumlahnya, beberapa di antaranya mungkin membawa kita pada kebahagiaan, sementara yang lain membawa kita pada penyesalan.

Ketika kita memilih, kita tidak pernah tahu dengan pasti apa yang akan terjadi. Kita hanya bisa menerimanya, dengan segala ketidakpastian yang menyertainya. Kebebasan bukan tentang menghindari ketidakpastian, melainkan tentang mampu menghadapinya, dengan berani menerima bahwa pilihan kita tidak akan pernah sempurna.

Penerimaan inilah yang memungkinkan kita untuk menjadi bebas dalam pengertian yang lebih dalam. Kebebasan adalah tentang menerima bahwa kita tidak dapat mengontrol segala hal, tetapi kita memiliki kekuatan untuk memilih bagaimana kita merespons setiap situasi yang dihadapi.

Dalam kebebasan kita, kita menyadari bahwa kita tidak akan selalu memilih dengan benar, kita tidak akan selalu tahu apa yang terbaik. Namun, kita dapat memilih untuk menjalani hidup kita dengan keberanian, tanpa takut untuk membuat kesalahan. Sebab, dalam kebebasan sejati, yang lebih penting daripada hasil akhirnya adalah keberanian kita untuk memilih.

Baca juga: Panpsikisme: Dari Filsafat Kuno hingga Sains Modern

Saya menilai, Kebebasan adalah beban, namun juga anugerah. Beban yang datang dengan kebebasan adalah beban pilihan, beban tanggung jawab, dan beban ketakutan akan kesalahan. Namun, kebebasan juga memberi kita kesempatan untuk menjadi otentik, untuk menjadi bagian dari hidup kita sendiri.

Kebebasan sejati bukan hanya tentang memilih apa yang kita inginkan, tetapi tentang menerima bahwa kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang akan terjadi. Kebebasan adalah perjalanan untuk berani memilih, berani menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan kita, dan berani hidup dengan ketidakpastian. 

Dalam kebebasan itulah kita menemukan keberanian, meskipun kita tahu bahwa setiap pilihan datang dengan beban yang tak terhindarkan.

Pada akhirnya, kebebasan bukan hanya tentang memilih antara berbagai kemungkinan yang ada, tetapi tentang menerima kenyataan bahwa setiap pilihan membawa kita ke jalan yang tak terduga. Apakah kita akan terjebak dalam beban kebebasan itu, ataukah kita akan berani memilih untuk menjadi siapa diri kita sebenarnya?

Hanya waktu yang bisa menjawab, namun satu hal yang pasti: kebebasan adalah beban yang harus kita hadapi, dan itu adalah tantangan terbesar yang akan menentukan siapa kita dalam hidup ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun