Mohon tunggu...
Fachry Hasani Habib
Fachry Hasani Habib Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Pencari Momen, Penulis Cerita, Pengejar Khayalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Umpatan-umpatan Doa

12 Januari 2018   15:43 Diperbarui: 12 Januari 2018   15:47 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sialan, Don ayo jalan." Rakyat-rakyat pos siskamling yang tidak tahu apa-apa itu langsung lari mengejar kami berbondong-bondong. Tak tanggung-tanggung, mereka membawa golok, bongkahan kayu, bahkan tongkat pramuka anaknya. Teriakan tersebut, membangungkan satpam-satpam yang berjaga di rumah-rumah komplek ini. Doni kaget, bingung dan belum menarik gas motornya. 

Aku berpikir bagaimana pun caranya kami harus cepat. Tiba-tiba, agak jauh di depan kami, para satpam sudah berkumpul untuk mencegah kami. Sepertinya mereka mendengar teriakan maling tadi. Doni belum juga jalan, tapi rakyat-rakyat pos siskamling itu semakin mendekat. Aku menyuruh Doni untuk melaju dengan kencang jangan berhenti, apapun yang terjadi jangan berhenti. Doni langsung menarik kencang gasnya, tiba-tiba aku tersentak, lalu, aku terjatuh.

Sialan, Doni menarik gasnya terlalu kencang, tentu saja siapapun yang dibonceng akan terjatuh. Tolol Doni pikirku. Doni tidak terjatuh. Doni tetap berada di atas motornya. Doni menoleh kebelakang, melihatku terjatuh kesakitan.

"Don! Tunggu bentar gue naik lagi."

Suara derap langkah rakyat-rakyat pos siskamling semakin mendekat, teriakan maling semakin kencang, ditambah dengan umpatan-umpatan khas yang keluar dari mulut mereka. Suara-suara tersebut semakin kencang. Tanpa pikir panjang, Doni langsung menarik gas motornya, kencang laju motornya, meliuk-liuk menghindari para satpam yang di depannya. Juara trek-trekan kampung itu terlalu lihai untuk dihentikan. Sementara aku, terjatuh tak berdaya menunggu rakyat-rakyat pos siskamling ini memukuli diriku. 

Aku langsung memikirkan judul berita koran lokal keesokan harinya "maling dipukuli masa" , "Begal motor dihakimi" , "Warga dengan sigap menghentikan pencurian motor" semua judul yang mungkin muncul terpikir olehku. Tak lama kemudian tongkat pramuka memukul kepalaku. Selanjutnya, rakyat-rakyat pos siskamling itu memukuli ku tanpa ampun dan jangan lupa, umpatan-umpatan juga keluar dari mulut mereka.

Aku hanya berkata dengan lemas. "Don, doa lo bangsat."

Cerita ini juga terdapat di https://medium.com/@fachryhabib/umpatan-umpatan-doa-607942468bb9 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun