Tanpa disadari kau sudah siap menghancurkan dinding dimensimu.
"Tidak ada, aku hanya belajar banyak dari kehidupan."
"Tapi kau hanya seorang bocah! Bocah SD!" Kau membantah dan hampir berteriak padanya.
Elias berdiri, menyibak-nyibakkan celananya agar tidak rusuh terkena debu. "Tak ada yang bisa dipelajari di dunia ini. Aku akan kembali lagi besok dan bermain bersamamu. Sampai jumpa!"
***
Betapa terkesimanya kau kala itu, ketika Elias bocah berusia sepuluh tahun itu pergi. Untuk pertama kalinya kau bangkit berjalan mondar-mandir di kamar sambil merenungi perkataan Elias kemarin. Tembok yang menghalangimu untuk bercengkrama di dunia luar kini perlahan-lahan runtuh hanya dengan sentuhan bocah jenius.
"Sulit dipercaya?! Siapa dia? Apa dia cenayang?" Kau memukul-mukul dinding berulang kali sampai tanganmu berdarah.
"Hai! Aku datang lagi! Sesuai janji aku akan bermain denganmu."
Kau nampak terkejut, menatap bocah itu dengan mata terbelalak. Begitu menakutkan sampai-sampai Elias menelan ludah, kakinya sempat gemetar hebat, namun ia terlihat tak gentar. Dia tetap berjalan ke arahmu dengan kotak di tangannya berwarna merah jambu di tangannya.
"KAU?! BERANINYA KAU DATANG KEMBALI?" Kau meneriaki Elias hingga terbatuk-batuk.
"PERGI DARI SINI BOCAH NAKAL! AKU TIDAK MEMBUTUHKANMU!"