Mohon tunggu...
Fabianus Keane Karnaen
Fabianus Keane Karnaen Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Pelajar SMA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masih Adakah Relevansi Food Estate?

7 November 2024   14:35 Diperbarui: 7 November 2024   14:49 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terdapat suatu mekanisme yang serupa dengan food estate, yakni Great Plains milik Amerika Serikat. Kontras dengan pelaksanaan food estate, Great Plains menghabiskan waktu bertahun-tahun penelitian untuk memahami kualitas tanah, kondisi iklim, dan kebutuhan air sebelum akhirnya mengembangkan pertanian berskala masif. 

Amerika Serikat juga memanfaatkan teknik pertanian canggih, penelitian menyeluruh, dan praktik berkelanjutan yang disesuaikan dengan kondisi ekologi wilayah setempat. Di Indonesia, proyek food estate cenderung berfokus pada perluasan ke wilayah baru saja, tanpa didukung kajian mendalam mengenai kondisi lahan dan dampak lingkungan, seperti halnya kasus lahan gambut.

Contoh lainnya terjadi di Sumatera Utara, di mana proyek serupa mengalami kendala dalam distribusi hasil panen. Infrastruktur yang tidak memadai menyebabkan banyak hasil panen tidak dapat didistribusikan secara efektif, sehingga menimbulkan limbah dan kerugian bagi petani. Hal ini mengindikasikan bahwa mengembangkan lahan baru tanpa didukung infrastruktur dan teknologi yang memadai tidak menjamin tercapainya ketahanan pangan, seperti yang dicita-citakan oleh pemerintah dalam mewacanakan program food estate.

Dari sudut pandang lain, kebijakan ini akan menjadi lebih efektif jika ditujukan untuk memperkuat pertanian lokal melalui intensifikasi. Dengan mempertimbangkan penggunaan teknologi canggih seperti sistem irigasi otomatis, pupuk organik, dan pertanian presisi, produktivitas dapat ditingkatkan tanpa  perlu memperluas lahan.

 Selain itu, pelatihan dan pendidikan yang ditujukan untuk petani mengenai teknik pertanian modern dan manajemen pasca panen juga diperlukan agar mereka dapat memaksimalkan hasil pertanian dengan cara yang lebih berkelanjutan. 

Kebijakan food estate saat ini dapat diibaratkan Anda yang mengendarai mobil mewah yang melaju di jalan bergelombang. Meski memiliki mesin bertenaga, kondisi jalan yang tidak rata membuat Anda tidak bisa menikmati kecepatan dan kenyamanan maksimal. 

Meskipun terdapat niat baik dan dukungan yang kuat terhadap proyek ini, pencapaian tujuan ketahanan pangan akan sulit dicapai tanpa perencanaan yang matang dan evaluasi yang berkelanjutan.

Sebagai mekanisme solusi, pemerintah dapat mempertimbangkan pendekatan berbasis food hub atau “pusat pangan”. Mekanisme ini bertujuan untuk mengumpulkan produksi pertanian dari lahan yang  ada  dan mengelolanya di pusat pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah dan efisiensi distribusi. 

Mekanisme ini tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi, tapi juga perbaikan manajemen rantai pasok. Selain itu, dampak lingkungan dari proyek food estate harus dikaji secara berkala dan kawasan yang tidak cocok untuk pertanian dikembalikan ke fungsi konservasinya.

Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa kebijakan food estate Indonesia masih menghadapi banyak tantangan pelaksanaan yang harus diatasi untuk mencapai tujuan ketahanan pangan secara berkelanjutan. Optimalisasi program ini memerlukan evaluasi detail yang berkelanjutan, pendekatan yang berbasis penelitian, dan praktik pertanian ramah lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun