Mohon tunggu...
Fabian Satya Rabani
Fabian Satya Rabani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar, model, dan atlet

Hobi bermain musik, membaca, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Ikut Sedih, Chintya

30 November 2023   21:25 Diperbarui: 30 November 2023   22:30 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cottonbro studio/ pexels

       "Aku ikut sedih, Chintya. Semoga kakakmu damai di surga. Kami senang pada kalian berdua. Kalian sangat baik, sopan, dan tidak manja. Kalian mau tinggal bersama kami di rumah yang seperti ini. Kami sangat berterima kasih bisa bertemu kalian. Kedatangan kalian bisa mengobati rasa rinduku pada ibu. Oh, ya. Ibuku juga sudah meninggal sebulan yang lalu. Ibu sudah cukup lama sakit. Kami sudah berusaha membawa ke beberapa pengobatan alternatif. Namun tak juga berhasil. Sebulan yang lalu, ibuku mendapat 'pulung gantung'," kata Mas Agus.

      "Pulung gantung. Apa itu, Mas?" aku bertanya memberanikan diri. Terlihat kedua mata Mas Agus basah. Dan dengan nada rendah menjawab pertanyaanku itu.

      "Ibu gantung diri di dapur saat kami ke ladang. Mungkin ibu sudah putus asa dan tak kuat lagi menahan sakit yang bertahun-tahun. Tapi sudahlah, kami sudah mengikhlaskannya. Ini sudah takdir. "

      Deg. Dadaku sesak. Aku dan Chintya berpelukan dan tidak bisa menahan air mata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun