"Jangan lupa kopinya empat di dahulukan ya," kata Irwan.
 "Eh, eh. Nanti dulu. Katanya tadi tak pake minum kopi nanti kita kelamaan." Tukas pak Hapri dengan nada kesal.
 "Ya,,,  kata bos tadi kan habis makan jangan minum kopi? Ini kan sebelum makan bos, sambil menunggu makanan datang, biar hemat waktu." ujar Irwan sambil cengar-cengir.
 "Ahhh! Sudah! Sudah! Kalau begitu. Cepat." Pak Hapri nampak dongkol.
 "Oke, tambah kopi empat gelas ya? Silahkan ditunggu." Berkata begitu, Pelayan cewek ini memberi secuil senyum manis lalu berlalu dari hadapan mereka.
 "Bagaimana? Samurai dan LM ada kamu bawa, Wan?" Tanya pak Hapri dengan suara rendah.
 "Iya lah bos. Di pegang Febri."Â
 "Berapa banyak?" kejar pak Hapri.
 "Kalau samurai jelas satu bos. Kalau LM ada tiga lempengan." Sahut Febri, sambil menurunkan tas punggungnya kemudian meraih sebuah kantong kain berikat berwarna merah maron. Dengan hati-hati dibukanya tali pengikat kantong itu. Benda berwarna kuning emas nampak dalam kantong kain itu.
 "Samurainya jangan dibuka disini, nanti dilihat orang." Cegah Irwan sewaktu Febri bersiap mengambil sebuah kotak kulit warna hitam dari dalam tas. Febri pun kembali memasukkan kantong kain merah maron dan menyimpannya kembali dalam tas.
 "Hati-hati. Kata bunda, ini sudah diupacarakan oleh Aba. Kalau kitas salah adat dalam membawanya, nyawa kitalah yang jadi taruhan." Kata Irwan lagi. Wajahnya nampak berkeringat dan ketakutan.