“Ah… Itu, itu mereka bos,” ujar Pur sambil melihat ke arah dua lelaki lain yang datang dari arah Timur.”
“Woi!!! Cepat!” Pur berteriak sambil melambaikan tangan.
Melihat reaksi Pur, kedua pria berbadan sedang itu terlihat sedikit berlari kearah mereka.
“Mereka kemana?” Tanya salah seorang diantaranya ketika sudah berada bersama Pak Hapri, Andy dan Pur.
“Pergi.” Jawab Andy pendek.
“Kemana?” kejar orang itu.
“Ya kemana lagi? Ke jembatan lah.” Tukas Pak Hapri.
“Kita susul sekarang? Nanti dulu Wan. Kita bakal ketahuan. Biarkan saja mereka sampai dulu di jembatan. Yang pasti sampai disana mereka tetap akan menunggu karena harus melalui pintu waktu yaitu jam dua belas atau jam tiga dini hari.”
“Iya Pak Hapri. Benar juga. Pasti mereka akan menunggu disana sampai malam hari. Sebaiknya kita menyusul kalau sudah gelap pak? Itu lebih aman buat kita. Biar kita tak kelelahan juga menunggu disana,” kata pria satunya yang baru datang itu.
“Kalau begitu kita masih bisa minum kopi dulu, ya?” kata pria yang dipanggil Wan atau Iwan oleh pak Hapri tadi yang merupakan kependekkan dari nama Irwan.
“Kalau itu tak sempat lagi. Kita harus segera menyusul sedikit menit lagi agar tak kehilangan mereka walau sudah yakin mereka menuju jembatan. Segala kemungkinan bisa saja terjadi.” Tolak pak Hapri.