Mohon tunggu...
Franklin Towoliu
Franklin Towoliu Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemerhati masalah kehidupan

Melayani Tuhan, menulis, melukis, perupa. Tak ada tempat seluas dan selebar hati kita.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ekspedisi Ventira, Negeri yang Hilang (22)

15 Mei 2020   13:02 Diperbarui: 15 Mei 2020   14:59 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita/ilustrasi; Franklin Towoliu0

 "Ia, bahkan kita akan merintis jalan masuk ke sana. Dengan begitu akhan eee ada jhalan untuk pergi dan pulang dari sana.... Orang-orang ee, dapat pergi dan mereka ee dapat dathang," kali ini Daniel menambahkan. Ia menatap Pak Subhan dengan meyakinkan sambil memberi senyum kecil di bibirnya.

 "Ia, betul... Tujuannya pertama kita akan membuat   pembuktian bahwa negeri Ventira itu ada dan bukan negeri para jin seperti yang ada dalam pemahaman masyarakat. Kedua; kita akan berupaya membangun pintu dimensi untuk alam nyata kita dan alam gaib Ventira, hingga dengan sendirinya akan ada hubungan wajar antara dua negeri berbeda dimensi. Kita dan mereka." jelas Rainy lagi, sesuai apa yang diarahkan Daniel dan Raiva kepadanya.

 "Dan pintu gerbangnya tentu saja di jembatan itu," Eva pun ikut komen. Mengenai isi dan tujuan ekspedisi ini memang bukan urusannya. Tugasnya hanya sesuai dengan kontrak kerja. Namun bagaimanapun ia sudah sedikit banyak tahu lantaran kerap mendengar diskusi tim.

 "Jembatan Ventira namanya," suara Pak Subhan terlontar datar. Matanya kosong memandangi kaleng tissue yang ada di meja. Perasaan tak percaya dan sangsi  serta rasa kuatir bermain dalam hatinya. Bagaimana jika kemudian mereka mendapat halangan secara gaib? Misalnya diserang dedemit atau setan, jin, gendruwo dan sejenisnya? Pikir Pak Subhan.

 "Maaf  jika dalam surat saya tak menceriterakan langsung pak. Pikir saya lebih baik nanti jika sudah bertemu langsung dengan saya dan tim juga. Dan saya disini bertugas sebagai bendahara serta pengarah  utama. Kalau Mister Daniel adalah pemilik proyek ini." Kata Rainy.

 "Bapak juga akan mendapat kontrak kerja agar selama kerja dengan tim bapak tidak membuang waktu percuma. Ada upah yang nanti dibayarkan sehingga istri dan keluarga bapak tetap mendapatkan hasil kerja bapak.  Karena dalam tim ini, semua yang terlibat di ikat dengan kontrak kerja, kode etik serta janji dalam selembar komitmen." Kata Raiva sambil menggeliat kecil.  Ada raga bergidik menjalar di tengkuknya. Bukan karena horornya Ventira yang sedang mereka bahas, namun lantaran bulu-bulu kaki Daniel yang agak banyak bermain di samping betisnya. Semua tim memang hanya mengenakan celana pendek sejak dari penginapan.

 "Nilai kontrak, Rai?"  Tanya Rainy sambil menduga dalam hati pasti Pak Subhan juga akan terkeut dan sangat senang dengan  jumlah uang yang akan didapatnya dari tim ini. Bagaimanapun ia yang mengajak Pak Subhan yang juga kenalan papanya, sehingga ia memperjuangkan nilai upah Pak Subhan pada Raiva dan Daniel.

 "Nilai kontrak Pak Subhan adalah, tiga ratus lima puluh juta."  Tandas Raiva.

 "Tiga Ratus lima puluh juta!!?" lagi-lagi pak Subhan terkejut dengan suara keras. Kali ini ia lebih terkejut daripada yag tadi. Ia belum pernah mendengar uang sebanyak itu ditujukan kepadanya.

Sehektar kebun miliknya hasil warisan yang dibagi dengan 3 saudara lain waktu dirawar oleh pembeli hanya senilai 3,5 juta. Bagaimana dengan uang sebanyak itu? Seember atau sekotak? Sekantong atau seperti apa banyaknya? Ia benar-benar belum pernah melihat uang sebanyak itu. 

Perubahan mimik wajah dari tegang kepada sukacita tak mampu disembunyikan dibalik wajah sangar penuh rewok dan janggut itu. Di pelupuk mata sudah terbayang wajah senang istri dan keluarganya. Mereka pasti sangat senang. Kalau begini upahnya, seberat apapun agenda ekspedisi Ventira ini, ia akan melakukannya untuk kebahagiaan keluarganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun