Mohon tunggu...
Franklin Towoliu
Franklin Towoliu Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemerhati masalah kehidupan

Penulis,fiksi,komik,freejournalist,perupa dan aktifis teater

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ekpedisi Ventira (4)

11 April 2020   13:42 Diperbarui: 13 April 2020   02:42 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karya/ilustrasi; Franklin Towoliu

      Itu pula yang menjadi alasan utamanya menerima tawaran kontrak kerja Daniel untuk ekspedisi Ventira.  Ia ingin menunjukkan pada ayah dan ibunya bahwa ia siap berubah menjadi wanita yang dewasa dan mandiri. Itu setelah diawali dengan perbantahan sengit yang akhirnya dimenangkan Raiva.

      "Aku sekarang tiga puluh tujuh tahun dady... Apa aku harus disuapi kemana-mana oleh seorang babysitter?"

      Kalimat keras yang keluar dari mulut Raiva membuat ayah dan ibunya terpaku tanpa dapat bicara apa-apa. 37 tahun usia Raiva dan ia tak pernah semarah itu juga tak pernah sekeras itu membantah perkataan mereka.

       Setelah berapa waktu terdiam ayahnyapun bicara. "Inilah saatnya..." suaranya terdengar bergetar dan membisik. "Inilah saat nya dady harus melepas mu..." 

       "Maafkan dady and mommy yang selalu meragukan mu... selain takut berpisah, kami takut Rara (panggilan sayang sang ayah pada Raiva) tak mampu menjalani kehidupan di luar sana yang begitu buas dan menakutkan."

      "Rara bisa dad.... percayalah." Ujar Raiva tegas namun lembut sembari mendekati ayahnya lalu menggenggam tangannya.

      Membandingkan kehidupan Raiva dan Rainy memang akan terasa sekali perbedaannya. Itu seperti mengajak kita menyeberangi sebuah jembatan kecil bernama status, jabatan dan materi, untuk menghubungkan kedua sahabat karib ini. Namun bagi Rainy itu tak masalah dan ia sendiri tak merasa minder. Hal yang ia kagumi dari seorang Raiva ialah; bahwa tak pernah memilih orang dan tak pernah memandang status seseorang. Bahkan ia sangat membenci pemuda-pemuda manja anak para pejabat atau pengusaha yang pernah diperkenalkan padanya. Ia juga tak suka menyibukkan orang lain. Ia ingin mengerjakan sendiri karena di dalam rumah ia hidup bahkan dari orang lain. Dari para pembantu dan staf ayahnya.

      Sikap ini persis mirip sifat Rainy. Ia pernah menolak ketika ayah Rainy menawarinya sebuah jabatan di kantor kedubes RI yang di komandani ayah Raiva.

      "Maaf om... saya harus bantu ayah dan ibu. Maklum ngga ada saudara laki. Makasih ya om," tolak Rainy halus pada waktu itu.

     Rainy hidup di sebuah keluarga sejahtera dan sederhana. Ayahnya seorang pejuang kreatifitas. Seorang seniman pelukis, perupa dan kadang-kadang suka bermain musik. 

Ibunya juga seorang seniman namun lebih kepada music dan pelatih vocal. Tumbuh di keluarga itu ia terbekali dengan wejangan serta ajaran falsafah hidup yang baik menurut agama dan kepercayaan orang tuanya, juga menurut nilai-nilai moral yang sejak dulu menjadi kekayaan sendiri bagi  bangsa-bangsa yang ada di belahan Timur dan ditanamkan secara temurun dari generasi ke generasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun