Mohon tunggu...
'eyyasy Kariem
'eyyasy Kariem Mohon Tunggu... -

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

MANUFER MILITER UMAR BIN AL KHATTAB RA

8 Februari 2011   15:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:47 9926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Penaklukan Baitul Maqdis

Dari al Jabiyah, khalifah Umar bin al Khattab ra lalu bergerak menuju Baitul Maqdis untuk melakukan perjanjian damai dengan kaum nashrani. Kala itu Umar bin al Khattab ra mengajukan syarat agar semua elemen kekuasaan Romawi segera meninggalkan Baitul Maqdis dalam waktu tiga hari, sebelum Umar bin al Khattab masuk ke Masjidil Aqsa lewat pintu yang dimasuki Rasulullah saw pada malam isra’. Umar bin al Khattab ra lalu melakukan shalat tahiyatul masjid yang dilanjutkan dengan shalat subuh bersama umat Islam lainnya.

Pada rakaat pertama Umar bin al Khattab membaca surah shad yang di dalamnya terdapat ayat sajdah, dan pada rakaat kedua Umar bin al Khattab memaca surah al Isra’, seusai shalat Umar bin al Khattab bertanya kepada Ka’ab bin al Ahbar tentang letak Shakhrah, dan Ka’ab bin Ahbar lalu langsung menunjukkan batu istimewa itu. Umar bin al Khattab ra bertanya demikian karena telah terjadi pertikaian panjang dan amat sengit antara kaum yahudi dan nashrani, setiap kali kaum yahudi menang, kaum nashrani berusaha menghilangkan tempat Shakhrah itu dengan menjadikannya sebagai tempat pembuangan sampah. Bahkan amat lazim bagi kaum perempuan nashrani membuang pembalut mereka ke tempat tersebut. Semua tindakan itu dilakukan oleh kaum nashrani karena shakhrah merupakan kiblat bagi kaum yahudi, sementara itu bagian yang digunakan oleh kaum nashrani sebagai tempat pembuangan sampah adalah dari tempat shakhrah sampai mihrab Dawud.

Jadi pada saat itu Umar bin al Khattab memang tidak dapat mengetahui letak Shakhrah karena batu istimewa itu telah tertimbun sampah dan kotoran, Umar bin al Khattab lalu memerintahkan orang-orang yang berasal dari Yordania untuk membersihkan semua kotoran dan sampah yang menimbun Shakhrah

Dari shakhrah, Umar bin al Khattab melangkahkan kakinya menuju gereja Makam Suci yang ditemani oleh Patriak agung Sefronius. Ketika Umar bin al Khattab sedang berbincang-bincang mengenai perjanjian damai dengan Sefronius, datanglah waktu shalat, Umar bin al Khattab pun langsung bertanya kepada patriak agung agar menunjukkan tempat yang bisa digunakan untuk shalat, serta merta Sefronius mengizinkan Umar bin al Khattab untuk mengerjakan shalat di dalam gereja itu, namun Umar bin al Khattab menolak hal itu seraya mengatakan bahwa jika dirinya shalat di dalam gereja bersejarah itu, ia khawatir akan memberi legitimasi kepada umat Islam untuk mengubah gereja tersebut menjadi masjid hanya karena alasan bahwa Umar bin al Khattab pernah shalat di dalamnya

Kekhawatiran inilah yang juga membuat Umar bin al Khattab selalu menolak melaksanakan shalat di semua gereja lainnya, sehingga kaum nashrani pada saat itu benar-benar yakin bahwa Umar bin al Khattab dan umat Islam pasti menepati semua opsi perjanjian damai yang mereka lakukan dengan kaum nashrani. Kemudian Umar bin al Khattab melanjutkan perjalanannya dengan Sefronius menuju ke gereja tempat kelahiran yesus di Bethlehem, lagi-lagi tiba waktu shalat ketika ia berada di gereja tersebut, Umar bin al Khattab pun langsung mengerjakan shalat di tempat tersebut, namun seusai shalat, kekhawatiran Umar bin al Khattab kembali muncul, ia lalu menambahkan point dalam perjanjian damai untuk tidak mengubah gereja kelahirn yesus menjadi masjid hanya karena ia mengerjakan sholat di dalam gereja tersebut

Menurut Dr. Muhammad Sayyid Wakil, tindakan Umar bin al Khattab yang bersedia sholat di dalam gereja tempat kelahiran yesus namun menolak melakukan shalat di gereja Makam Suci dan gereja Konstantin adalah untuk menunjukkan kepada dunia bahwa bagi umat Islam, seluruh muka bumi adalah masjid, selain itu untuk menghilangkan kesan yang mungkin muncul dalam hati Sefronius bahwa Umar bin al Khattab membenci gereja karena sesuatu yang tidak ia utarakan

Penaklukan Elia terjadi pada bulan Rabi’ul Akhir tahun 16 H. akan tetapi al Baladzuri berpendapat bahwa perisiwa penting itu terjadi pada tahun 17 H. sementara itu mayoritas ahli sejarah justru sering menempatkan peristiwa penaklukan Elia dalam rangkaian kejadian penting yang terjadi tahun 15 H. di al Quds khalifah Umar bin al Khattab tinggal selama sepuluh hari, Umar bin al Khattab menggunakan waku tersebu untuk menghapus kekuatan bersenjata atas wilayah al Quds seperti yang lazim dilakukan terhadap daerah yang telah melakukan perjanjian damai dengan kaum muslimin, Umar bin al Khattab juga membagi wilayah kekuasaannya untuk mempermudah jalannya pemerintahan, sekaligus menunjuk penguasa bagi tiap-tiap daerah tersebut. Setelah selesai melakukan semua itu, Umar bin al Khattab kembali ke Madinah.



  1. ALUR PENAKLUKAN YANG DILAKUKAN OLEH KHALIFAH UMAR BIN AL KHATTAB RA:

Ketika para pembangkang di dalam negeri telah dikikis habis oleh Khalifah Abu Bakar as Shiddiq ra dan era penaklukan militer telah dimulai, maka Umar bin al Khattab menganggap bahwa tugas utamanya adalah mensukseskan ekspedisi yang dirintis oleh pendahulunya. Belum sampai satu tahun menjadi khalifah, Umar bin al Khattab telah menorehkan tinta emas dalam sejarah perluasan wilayah kekuasaan Islam. Pada tahun 635 M, Damaskus, Ibu kota Syuriah telah ia tundukkan.

Setahun kemudian seluruh wilayah Syuriah jatuh ke tangan kaum muslimin, setelah pertempuran hebat di lembah Yarmuk di sebelah timur anak sungai Yordania. Keberhasilan pasukan Islam dalam penaklukan Syuriah di masa Khalifah Umar bin al Khattab tidak lepas dari rentetan penaklukan pada masa sebelumnya.

Khalifah Abu Bakar telah mengirim pasukan besar dibawah pimpinan Abu Ubaidah bin al Jarrah ke front Syuriah. Ketika pasukan itu terdesak, Abu Bakar memerintahkan Khalid bin al Walid yang sedang dikirim untuk memimpin pasukan ke front Irak, untuk membantu pasukan di Syuriah. Dengan gerakan cepat, Khalid bersama pasukannya menyeberangi gurun pasir luas ke arah Syuriah. Ia bersama Abu Ubaidah mendesak pasukan Romawi. Dalam keadaan genting itu, wafatlah Abu Bakar as Shiddiq dan digantikan oleh Umar bin al Khattab. Khalifah Umar bin al Khattab mempunyai kebijaksanaan lain, Khalid yang dipercaya untuk memimpin pasukan di masa Abu Bakar, diberhentikan oleh Umar bin al Khattab dan diganti oleh Abu Ubaidah Ibn al Jarrah. Hal ini tidak diberitahukan kepada pasukan hingga perang selesai, dengan tujuan supaya tidak merusak konsentrasi pasukan dalam menghadapi musuh. Damaskus jatuh ke tangan kaum muslimin setelah dikepung selama tujuh hari. Pasukan Muslim yang dipimpin oleh Abu Ubaidah bin al jarrah melanjutkan penaklukannya ke Hamah, Qinisrun, Laziqiyah dan Aleppo. Surahbil dan ‘Amru bin al Ash bersama pasukannya meneruskan penaklukan Baysan dan Jerussalem di Palestina. Kota suci dan kiblat pertama bagi umat Islam itu dikepung oleh pasukan Muslim selama empat bulan. Akhirnya kota itu dapat ditaklukkan dengan syarat harus Khalifah Umar bin al Khattab sendiri yang menerima “kunci kota” itu dari Uskup Agung Sefronius, karena kekhawatiran mereka terhadap pasukan Muslim yang akan menghancurkan gereja-gereja.

Dari Syuriah, pasukan Islam melanjutkan langkahnya menuju Mesir dan meraih banyak kemenangan di wilayah Afrika Utara. Wilayah Mesir merupakan wilayah yang telah dikuasai oleh bangsa Romawi sejak tahun 30 SM. Dan menjadikan wilayah subur itu sebagai sumber pemasok gandum terpenting bagi Romawi. Berbagai macam pajak naik sehingga menimbulkan kekacauan di negeri yang pernah diperintah oleh firaun tersebut.

Amru bin al Ash meminta izin Khalifah Umar bin al Khattab untuk menyerang wilayah itu, tetapi Khalifah Umar bin al Khattab masih ragu-ragu karena pasukan Islam masih terpencar dibeberapa front pertempuran. Akhirnya, permintaan itu dikabulkan juga oleh Khalifah dengan mengirim 4000 tentara ke Mesir untuk membantu ekspedisi itu.

Tahun 18 H, pasukan muslimin mencapai kota Aris dan mendudukinya tanpa perlawanan Kemudian menundukkan Poelisium (Al-Farama), pelabuhan di pantai Laut Tengah yang merupakan pintu gerbang ke Mesir. Satu bulan kota itu dikepung oleh pasukan kaum muslimin dan dapat ditaklukkan pada tahun 19 H.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun