Mohon tunggu...
Eyok Elabrorii
Eyok Elabrorii Mohon Tunggu... Penulis - penulis fiksi

Penulis yang mencintai blues dan air mineral.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menggambar Wajah Elisa

15 November 2021   14:39 Diperbarui: 29 November 2021   22:15 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menggambar Wajah Elisa

 

Mata

mata elisa mengatup redup degup

subuh yang kuyup. semalam sebelum

menghentikan temaram bohlam

mata itu diam-diam buram dari

nilam. kataku kepadamu bahwa sejak

pertama  bertemu mata  itu telah

jadi hantu; membikin tak nyenyak

tidurku. elisa. tuhan memberimu

mata, agar dapat  menatap tingkap

yang apakah bergeretap serta aku yang

akankan tetap tegap berharap.

 

Telinga

pendengaran yang sebentar dan

berpendar-pendar akan tetap

sadar pada nalar. dari gendering

: biang seluruh ruang akan membidang.

tidak akan kau tumpahkan isi sekoci

seperti kelinci terlena kepada kura-kura.

di daun-daun keduanya, akan tergema

segala semoga: semoga kita ( ... )

Bibir

lengkap dengan aroma malam

minggu kau berkunjung ke mimpiku.

di hadapan kita telah tersedia segala

wahana. odong-odong yang kuda.

bianglala yang roda. lempar kaleng

yang penuh boneka. kau boleh pilih

yang mana kau suka. tapi jika kau

bolehkan aku. pilihanku hanya

bibir merah kau (yang bertanya

dengan malu dan lugu: "malam minggu

nanti boleh aku berkunjung lagi?")

 

Hidung

aroma-aroma yang keluar dari  dada.

dari lubang paing palung pada tubuhmu

serupa ruang-ruang gelap tempat remaja

pada dadaku sering menangis dan kesepian.

hari ini aroma itu  menyesap hidungmu,

sampai-sampai kau sulit memisahkan

antara palung tubuhmu dengan remaja pada dadaku.

Dagu

dulu sekali seorang lelaki dalam sebuah buku

mencintai perempuan berdagu kerucut. lelaki

itu ingin sekali menyentuhnya. pada  dagu yang

seperti langit biru (semakin kau pandang

semakin ingin kau tinggal) cintanya tetap hidup,

tidak redup, dan akan kuyup oleh rindu kepada

perempuannya. dari halaman paling dasar, sampai

sampul paling luar dagu itu adalah yang selalu tampak baru.

elisa. aku seperti lelaki itu tiap menatap lekat dagumu.

Pipi

ada tanah lapang berliang di wajahmu.

persilakan aku menciumnya tiba-tiba.

Lombok, 2020

---

Menulis Tubuh Elisa

 

satu

dari sela-sela jemari

dan lengan yang enggan

bergandengan,

elisa memberi isyarat

yang lembut

dan kalut

: hai. lacut.

dua

dari dada yang berongga

yang manis akan tersari

jadi glukosa. jadi tenaga

jadi apa saja yang membuat bahagia.

tapi, pada dada elisa

yang tersari adalah hari-hari

yang mengapung di jantung

lalu akan tenggelam malam-malam

tiga

yang berseliweran di ubun-ubun

ialah ruang-ruang malang

tempat menyusun segala kemungkinan

paling daring dan nyaring

kau. meluncur di sana

dengan tubuh yang seluruh

dan angkuh dan luruh

(dan sering bimbang):

apakah yang lemah ini?

hatikukah? atau wajahmu yang buram?

empat

sebelum tidur, kau akan berjingkat

dari ceruk terdalam juga tersembunyi.

sepersembilan dari selangkangan yang anyir

juga disukai buah pelir, dengannya kau akan

menggambar bulan sambil tertawa,

"belum juga bisa kau menebak warnanya,"

lima

dari alis sampai betis

juga sedikit di pelipis

sudah kau iris aku habis

semisal Yesus menyalin

wajah kepada Yudas

: Aku haus!*

enam

jika berbaring tubuhmu serupa jaring

dan aku tiba-tiba ikan teri

kau yang lentur dengan lubang basah

akan menangkap aku lalu mendesah

di dalamnya, aku adalah pengelana asing

kuyup; dan tidak tahu tubuhmu telah mengatup

aku keluar di dalammu.

Lombok, 2020

*Yohanes (19:28)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun