Mohon tunggu...
Eyok Elabrorii
Eyok Elabrorii Mohon Tunggu... Penulis - penulis fiksi

Penulis yang mencintai blues dan air mineral.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tidak Ada Hujan November ini

20 Oktober 2020   19:38 Diperbarui: 20 Oktober 2020   22:34 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: iluszi.blogspot.com

Lebih-lebih Ojan pula salah satu ustadz, tentu tingkah lakunya harus serba baik. Ojan adalah salah satu yang mengawasi santri agar tidak melakukan hal semacam itu, dan jika kedapatan, maka orang tua santri yang bersangkutan akan diundang ke pesantren untuk dikabari secara langsung serta si lelaki akan digunduli di lapangan. 

Ojan tidak ingin sampai kedapatan mengirimkan surat itu, dia sudah bisa menebak -jika hukuman itu juga berlaku bagi ustadz- pastilah tuan guru yang akan langsung menggundulinya di lapangan, lagipula orang tuanya sudah tidak ada.

Pada suratnya kali ini, Ojan mengirimkannya kepada tuan guru untuk menyatakan lamarannya. Di atas meja ruang kepala pesantren itu, setelah menyelinap masuk pada jam istirahat dia meletakkan surat itu.

"Tuan Guru Raden, mencintai putrimu bagiku adalah seperti seorang buta yang mencitai kertas: saya hendak menggunting kertas itu menjadi bunga, tapi sayang sekali saya tidak tahu bagaimana memulai, melanjutkan, dan mengusaikannya. Bahwa saya juga tahu diri, Raden. Saya adalah salah satu ustadz yang sudi Raden pungut dari tempat kumuh dengan tangan terbuka bagi siapa saja. Sekarang dalam nama Tuhan dan nabi-Nya, serta cinta, dengan segala ketidaksetaraanku atas seluruh kemuliaan Raden, saya hendak menyampaikan khitbahku kepada Lale Aziza, putri semata wayangmu. Semoga Tuan Guru Raden merestui."

Surat itu telah dibaca oleh Tuan Guru. Hal itu membuat Tuan Guru mengundang Ojan ke rumahnya tadi malam untuk memberikan jawaban. Tuan guru akan mempertimbangkan lamaran itu di antara tujuh lamaran lainnya yang belum mendapat kepastian. 

Itu adalah kali ke tiga dia berlawat ke rumah tuan guru, pertama ketika dia disahkan mengajar di pesantren, kedua ketika dia meminta berkas mengajar (sebagai alasan menikmati secangkir kopi buatan Aziza). "Kami akan memusyawarahkannya dengan keluarga dan Aziza. Semoga kau dapat bersabar", tuan guru menjawab demikian.

Ojan semakin tidak percaya diri jika mengingat-ingat latar belakang keluarganya. Barangkali di madrasah itu, dia adalah satu-satunya ustadz yang keluarganya tidak harmonis. 

Sepulangnya dari luar negeri menyelesaikan strata duanya pada fakultas usuluddin, Ojan menemukan ayahnya sedang minum. Rupanya ibunya telah diceraikan semasa dia di luar negeri. 

Dua bulan kemudian, ayahnya meninggal keracunan alkohol. Sebenarnya Ojan tidak terlalu kaget menyaksikan ayahnya dalam keadaan seperti itu sebab seperti yang juga orang-orang kampung kenal, ayahnya itu adalah ketua klub sabung ayam. 

Maka untuk menghindari kelakuan ayahnya itu, ibunya memerintah Ojan untuk mengejar pasca sarjana agar dapat mengubah keadaan keluarga. Ibunya terkenal sabar menghadapi suami semacam itu. Dia awalnya menikah dengan lelaki itu untuk membayar hutang sabung ayam ayahnya. 

Keadaan demikian itulah yang membuat Tuan Guru tertarik membawanya ke madrasah. Di mata Tuan Guru, Ojan gigih menjalankan agamanya. Hal itu kemudian membuat Ojan sangat menghormati tuan guru, dan kalau bukan karena cintanya yang benar-benar itu, pastilah dia tidak akan sampai meminta jantung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun