Kawasan Tamansari menjadi titik pusat pemerintahan dan perekonomian kota dibangun taman asri yang dikenal dengan nama Tamansari. Tamansari menjadi ruang publik masyarakat Salatiga yang menyuguhkan pemandangan alam berlatar Gunung Merbabu dan Telomoyo serta taman bunga Bougenville dan Alamanda menambah warna taman ini.
Warga juga dapat bersantai di gazebo yang telah disediakan, bagi yang memiliki minat olahraga tenis difasilitasi lapangan represesntatif di sisi timur. Air mancur selain estetik juga menambah keasrian dan gemercik airnya menenangkan pikiran serta menyegarkan jiwa dari kepenatan rutinitas.
Pada tahun 1937-1938 didirikanlah Tugu Beatrix di Tamansari untuk menyambut kelahiran Ratu Beatrix yang saat itu masih dalam kandungan Ratu Yuliana.
Menjelang kelahirannya masyarakat Belanda Salatiga berkumpul di depan tugu yang masih ditutupi kain, pembukaan tugu tersebut dilakukan dengan upacara peresmian dan dentuman meriam seiring lahirnya Ratu Beatrix, perayaan besar kemudian dilanjutkan di Societeit Harmonie.
Pemerintah Gemeente juga melengkapi tugu dengan taman bunga aneka warna serta rumput hijau. Pada masa kemerdekaan Republik Indonesia Presiden Soekarno berorasi di depan rakyat saat kunjungannya ke Salatiga di lokasi ini.
Tidak jauh dari Tamansari dibangun Badplaats atau kolam renang yang memanfaatan sumber air Kalitaman pada tahun 1928. Badplaats Kalitaman ini khusus diperuntukan bagi orang kulit putih saja, luasnya 300 meter persegi dengan panjang 20 meter dan lebar 15 meter.
Sedangkan untuk warga pribumi disediakan pemandian di sisi utara untuk pria dan selatan untuk wanita, asal mula istilah Kali Lanang (pemandian untuk pria) dan Kali Wedok (pemandian untuk wanita) muncul dari pembagian tempat tersebut.
Di sekitar kompleks mata air Kalitaman tepatnya di bagian utara Badplaats terdapat aliran air mirip telaga kecil yang juga dimanfaatkan warga untuk objek rekreasi air.
Telaga tersebut dikenal dengan sebutan Kali Gethek, sebutan ini muncul karena adanya wahana gethek atau rakit yang dapat disewa untuk menikmati telaga sembari mendayung gethek tersebut. Wisatawan di Kalitaman datang baik dari dalam Kota Salatiga maupun dari berbagai daerah.
Fasilitas akomodasi yang tersedia di Salatiga termasuk cukup lengkap dengan hadirnya berbagai hotel dan villa yaitu Hotel Kalitaman, Hotel Berg en Dal, Hotel Blommestein, Hotel Huize Dennen Bosch, Hotel Remmy Scheere, Villa Vacantie Oord dan Villa Wilantiana. Keberadaan hotel di Salatiga tak lepas dari status Afdeeling Salatiga yang menjadi lumbung kopi Hindia Belanda.
Sebagai wilayah vital, putra Raja William II yaitu Prince Henry William Frederick merasa perlu untuk mengunjunginya yang terlaksana pada tahun 1837. Namun belum terdapat fasilitas akomodasi yang representatif untuk melayani kunjungan kerja pangeran tersebut.