Dari kesadaran ini, kita bernapas, makan, tidur, dan buang air. Hidup yang sederhana dan tidak terikat pada permainan ego memberikan kita kedamaian dan kebahagiaan yang sejati.Â
Tanpa keinginan untuk mengubah dunia, kita bisa fokus pada apa yang benar-benar penting: menjaga keseimbangan dalam diri kita dan lingkungan sekitar kita.
Refleksi Filosofis tentang Kesederhanaan
Jika kita melihat dari perspektif filosofis, kehidupan yang sederhana bisa dianggap sebagai bentuk tertinggi dari kebijaksanaan. Dalam banyak tradisi spiritual, kesederhanaan dianggap sebagai jalan menuju pencerahan.Â
Buddha, misalnya, mengajarkan tentang melepaskan keinginan dan hidup dengan sederhana sebagai cara untuk mencapai Nirvana. Dalam ajaran Taoisme, kehidupan yang sejalan dengan Tao adalah kehidupan yang bebas dari ambisi dan keinginan yang berlebihan.
Dalam kehidupan modern yang penuh dengan hiruk-pikuk dan tekanan untuk mencapai lebih banyak, ide untuk hidup dengan sederhana dan "tidak berguna" mungkin tampak tidak realistis atau bahkan kontra produktif.Â
Namun, jika kita melihat lebih dalam, justru kesederhanaan itulah yang bisa memberikan kita kebebasan sejati. Dengan melepaskan diri dari permainan ego dan kerakusan, kita bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang sejati.
Tantangan dalam Praktiknya
Namun, menerapkan prinsip kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari bukanlah hal yang mudah. Kita hidup dalam masyarakat yang menghargai kesuksesan materi dan pencapaian pribadi.Â
Kita diajarkan sejak kecil untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik, untuk terus mencapai lebih banyak, dan untuk tidak pernah puas dengan apa yang kita miliki. Konsep kesederhanaan dan ketidakbergunaan ini bertentangan dengan nilai-nilai yang ditanamkan dalam diri kita sejak kecil.
Selain itu, ada juga tekanan sosial yang membuat kita merasa harus selalu berkontribusi dan memiliki dampak positif terhadap masyarakat. Kita merasa bersalah jika kita hanya duduk dan menikmati hidup, sementara orang lain bekerja keras untuk mengubah dunia.Â