Makna dari puisi tersebut yaitu, penyair menggambarkan kecemasannya terhadap pandemi ini. Di tengah malam ia terbangun karena overthinking pada pandemi ini. Ia memikirkan bagaimana kehidupan kedepannya sampai tidak bisa tidur lagi sampai pagi sehingga matanya memerah seperti pada larik "Terbangun di tengah malam, entah oleh sebab apa. Tak bisa tidur lagi, hingga matahari hampir terbit.Â
Pandemi melahirkan kecemasan, tergambar di mata memerah" Penulis menggambarkan penggarapannya yang tidak banyak lagi karena pandemi membatasi kegiatan di luar, mengeluarkan pegawai, pembatasan jam kerja sebuah perusahaan, dan lain-lain. Hanya kepada Tuhan kita bisa berharap. Wabah pandemi ini membunuh banyak orang sehingga kota semakin sepi seperti pada larik "kota semakin sepi, tak ada harapan lagi, wabah penyakit membunuh banyak orang". Pada saat seperti ini pelukkan ibu memang sangat menenangkan dan sangat dirindukan seperti pada larik "saat semua begitu sulit, aku merindukan ibu, dipelukannya aku merasa tenang".
PulangÂ
Maria Rosse Lewuk
Apakah kisahku hari ini
Pengembaraan kelam terlewati
Aku memenangkan tahun-tahun putus asa
Dan bulan-bulan yang resah
Jalan-jalan yang riuh penuh ocehan
Telah lengang dan sepi
Suara-suara dingin dan beku