Tak ada sia-sia, tak ada yang Cuma
(2020)
Makna pada puisi tersebut yaitu penyair menggambarkan bahwa perjuangan hidup tetap berjalan dan tidak akan ada habisnya. Seperti pada bait ke-2 "waktu tetap serupa tiran tua, tak memberi jeda untuk sebentuk ketololan", bait tersebut menggambarkan bahwa ketika kita berbuat tidak baik atau berbuat kebodohan maka waktu tersebut tidak akan menunggu kita untuk berubah menjadi pandai, harus berjuang untuk menjadi lebih baik lagi karena waktu tidak akan menunggu kita menjadi baik, waktu tetap berputar.Â
Pada bait ke-3 "sampai sini, mesti kau menerima bahwa Tuhan tak turut dalam kedunguan bumi" bait tersebut menggambarkan bahwa tidak ada perbuatan buruk yang diinginkan oleh tuhan, perbuatan dungu tersebut muncul dari manusia itu sendiri sehingga manusia harus berintrospeksi diri agar bisa melangkah menjadi lebih baik, berjuang di jalan yang benar, seperti pada bait ke-4 "ia menunggu kau melangkah atau berdarah, sambil ditaburnya sandi yang sulit kau cerna". Ketika seseorang ada di jalan yang benar maka ia akan bisa membaca petunjuk yang diberikan oleh Tuhan walaupun secara bertahap dan perjuangan tersebut tidak akan sia-sia.
Tentang Jarak
Karya Budhi Setyawan
Bukankah jarak memberi ruang
dan kesempatan agar penempatan
kita seperti kata
keberadaannya terbaca
sebagai jalan menuju makna