Mohon tunggu...
Evi Widiarti
Evi Widiarti Mohon Tunggu... -

Bekerja di Divisi Penerbitan Bisnis2030, bergerak di bidang E-commerce - Business Internet Provider yang mendevelop beberapa toko online: www.bookoopedia.com (toko buku online) www.solusiukm.com (toko software online) www.hipokuku.com (pengisian pulsa lewat internet) Hobi membaca, Nonton, mendengarkan radio, menulis dan mereview buku juga film.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(MPK) Terhubung

11 Juni 2011   15:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:37 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan aku memberanikan diri untuk mengajak Mel melakukan perjalanan ke Mediterania, seperti rencanaku semula, dan aku berharap Mel akan menyambutnya dengan antusias, karena memang dia sudah lama memimpikan bisa berlibur ke Mediterania. Tapi jawaban Mel malam itu sungguh diluar dugaan, dia memilih bertahan diJakartadengan berbagai alasan yang sepertinya kurang masuk akal. Tapi aku berusaha untuk sabar, ya mungkin besok dia akan berubah pikiran… jadi aku putuskan besok lagi aku mengajukan proposal padanya untuk berlibur.

Entah kenapa, sejak pulang, Mel seperti sering berubah-ubah mood-nya, Mel memang sejak dulu sering moody, tapi tidak separah saat ini. Pagi hari masih tertawa..siang hari sudah menangis tersedu-sedu dan setiap kali aku tanyakan kenapa, tak satupun jawaban keluar dari bibirnya, hanya memelukku dengan erat. Sangat erat. Okay, ini pasti ada yang tak beres. Sore harinya, Mel pamit akan pergi ke suatu tempat, akan bertemu dengan kawan lama katanya. Aku menawarkan diri untuk mengantarkan, tapi Mel memilih untuk naik taksi. Aku hanya tersenyum dan berkata; “hati-hati”. Dan Mel balas tersenyum.

Adarasa kekhawatiran yang mendera, dan aku memutuskan untuk membuntuti taksi yang membawa Mel pergi. Mel, maafkan aku, aku bukan ingin mencampuri urusanmu, sumpah, tapi aku sangat khawatir dengan kamu sayang. Aku berbicara dengan pikiranku. Aku tetap menjaga jarak dengan taksi yang ditumpangi Mel. Sampai akhirnya taksi yang membawanya menuju sebuah rumah besar….rumah yang tak asing lagi…oh my god, inikan rumah Jasmin?!Ada urusan apa Mel dan Jasmin? Aku segera meminggirkan mobilku dan menunggu dengan resah. Aku mulai mengingat-ingat kembali hubungan Mel dan Jasmin. Setahuku mereka hanya kenal saat jamuan peluncuran buku, atau ada jamuan-jamuan lain diluar itu yang aku tak tahu? Atau Mel dan Jasmin sebenarnya sudah saling kenal sebelumnya? Tapi mengapa Mel selama ini tidak pernah cerita soal Jasmin? Berbagai pertanyaan berhamburan di kepalaku. Tak satupun punya jawaban yang memuaskan, dan akhirnya aku hanya bisa menunggu di mobil, menunggu Mel keluar dari rumah besar itu….

Hingga malam turun dan hampir berganti pagi, Mel belum keluar juga, aku memutuskan untuk kembali ke rumah dan akan menanyakan soal Jasmin kepada Mel kalau Mel telah kembali. Aku terkesiap saat ada usapan lembut di keningku, tangan Mel. Aku membuka mata pelan-pelan dan menahan tangan Mel dalam genggamanku.

“Sudah pulang Mel?” Pertanyaan bodoh, tapi ntah kenapa aku selalu saja menanyakan pertanyaan pada Mel yang sebenarnya tak perlu jawaban. Mel hanya tersenyum lalu mengambil posisi duduk di sebelahku.

“Franky, maafkan aku… “ kata-kata Mel tersendat.

“Adaapa Mel?” aku segera memeluknya seperti biasanya.

“Aku tak sanggup lagi Frank…aku tak sanggup… untuk terus berdusta di hadapanmu…aku..aku…mencintai Jasmin Frank…” Dan tangis Mel pun pecah…dan pecah pula rasanya isi kepalaku. Tak perlu lagi aku interogasi kenapa Mel ke rumah Jasmin kemarin sore, tak perlu lagi kutanyakan apa kepentingannya kesana, dan ada hubungan apa…perlahan aku melepaskan pelukan, dan menutup wajahku rapat-rapat dengan kedua telapak tanganku. Aku menangis.

Dan hampir dua bulan setelah itu, Mel tak pernah terdengar kabar, hingga suatu hari yang diwarnai hujan rintik-rintik pagi itu, aku membuka Koran pagi sambil menyeduh kopi, dan mendapati headline tentang diketemukannya seorang wanita muda yang meninggal diduga karena over dosis di sebuah hotel mewah, dengan ciri-ciri dan identitas yang membuatku ingin menghantamkan kepala di tembok…wanita itu Mel….Melati… Melati-ku… !

Aku terduduk lesu di lorong sebuah rumah sakit, hingga seorang suster memanggil;

“Keluarga Ibu Melati…”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun