Mohon tunggu...
Evi Widiarti
Evi Widiarti Mohon Tunggu... -

Bekerja di Divisi Penerbitan Bisnis2030, bergerak di bidang E-commerce - Business Internet Provider yang mendevelop beberapa toko online: www.bookoopedia.com (toko buku online) www.solusiukm.com (toko software online) www.hipokuku.com (pengisian pulsa lewat internet) Hobi membaca, Nonton, mendengarkan radio, menulis dan mereview buku juga film.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(MPK) Terhubung

11 Juni 2011   15:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:37 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“1 bulan ya…hemm… tapi untuk tulisan biografi semacam itu aku butuh waktu untuk riset tentang data kamu Jasmin, jadi mungkin aku perlu tinggal di rumah kamu selama satu bulan selama proses penulisan itu…supaya lebih efisien dan aku butuh ruang kerja…”

“Tinggallah di rumahku, aku ada rumah kecil di sebelah rumahku yang juga biasa dipakai ruang kerja asistenku kalau sedang ada project, selama proses ini, kamu akan dibantu sepenuhnya oleh asisten yang mengurus dokumen-dokumenku, kamu bisa ketemu dan ngobrol denganku sebelum subuh selama 1 jam, karena aku sedang ada syuting film terbaru dan aku pergi syuting selepas subuh.”

“Ok, kalau begitu..deal..” Jasmin tersenyum dan menuliskan alamatnya di secarik kertas lantas menyorongkannya padaku.

“Ini alamat rumahku, tolong ini adalah secret project, aku minta kamu jangan membocorkan ini lewat social media manapun sebelum buku launching,surat kontrak silakan nanti kamu pelajari dan tandatangani di rumahku dengan asistenku.”

***

Aku meninggalkan catatan kecil di kulkas untuk Mel, entah kapan Mel akan membacanya, sejak pertengkaran hebat 3 hari yang lalu, Mel belum kembali ke rumah, dan ponselnya tidak bisa dihubungi. Tapi aku tahu Mel, dia pasti bisa menjaga diri, mudah-mudahan saat ini dia dalam keadaan baik-baik saja, di suatu tempat, dan akan segera kembali begitu mulai tenang, doaku kembali bergema dalam ruang hatiku.

Bergegas aku rapikan tas berisi baju-baju untuk dibawa ke rumah Jasmin di kawasan menteng. Tekadku sudah bulat, selepas project ini aku akan membawa Mel ke Mediterania dan menikmati liburan a la bulan madu kesana. Jadi aku akan bekerja sebaik-baiknya; untuk Mel, untuk hubungan kami.

Taksi yang kutumpangi subuh ini melaju dengan mulus, jalanan Jakarta yang biasa macet masih lengang, dan memasuki kawasan menteng yang penuh rumah-rumah mentereng membuatku sedikit mual bila dihubungkan dengan berbagai kasus korupsi yang makin parah di Negara ini. Begitu memasuki rumah Jasmin, aku segera disambut satpam dan seorang asisten. Rumah besar nan mewah ini begitu senyap. Hanya bunyi air mancur di taman depan rumah yang sedikit memberi aroma kehidupan.

Asisten Jasmin mengantarkan aku ke sebuah rumah mungil, yang canggih peralatannya. Monitor komputer dengan logo buah apel seolah memanggil aku untuk segera menyentuhnya. Setelah berbasa-basi sejenak dan menunjukkan apa-apa saja yang ada di rumah itu, aku mulai membaca file-file lama punya Jasmin. Project film, charity, kunjungan misi budaya, foto-foto lama sewaktu masih kuliah diAustralia, berita-berita dari Koran dan majalah lama, semua lengkap menungguku memerasnya untuk menjadi sebuah buku. Untuk sebuah buku biografi sebenarnya dibutuhkan waktu minimal setahun masa riset dan pengerjaan. Tapi demi Mel, aku menyanggupi untuk satu bulan saja pengerjaannya. Kadang hidup memang perlu sebuah kegilaan untuk tetap bisa survive.

Aku hampir tidak mengalami kendala dalam project ini, terima kasih untuk Tuhanku yang maha baik. Dan sebulan berlalu, tibalah saat buku tersebut diluncurkan. Hari ini aku menggenggam tangan Mel. Ya, Mel telah kembali beberapa hari sebelum project-ku selesai. Kami bercinta siang malam untuk meledakkan semua masalah….masalah kerinduan biologis. Dan Mel, sepertinya sudah benar-benar pulih. Dia kembali segar dan ceria, meskipun tidak pernah sedikitpun menyinggung dan berbicara kemana perginya selama hampir satu bulan meninggalkan rumah. Ah, sudahlah..yang jelas saat Mel kembali disisiku, apa lagi yang harus aku risaukan?

Aku mengenalkan Mel dengan Jasmin dalam sebuah jamuan makan malam yang formal, yang dihadiri oleh relasi dan kolega Jasmin yang hampir kesemuanya mahluk awang-awang, kalangan jetset dengan tas atau sepatu yang mustahil aku beli. Aku pakai kemeja terbaik dan sepatu terbaik malam itu, demikian juga Mel memakai gaun terbaiknya. Jamuan singkat itu juga diadakan untuk peluncuran buku Jasmin. Mel tersenyum bahagia dan langsung akrab dengan Jasmin. Ini agak aneh menurutku. Mel bukan tipikal wanita yang mudah akrab dengan orang baru. Tapi entahlah dengan Jasmin, rasanya Mel seperti tak berjarak. Saat pesta usai aku mengajak Mel untuk sekedar jalan-jalan menikmati malam diJakarta. Aku masih rindu dengan Mel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun