Diibaratkan proses autofagi ini seperti mendaur-ulang barang elektronik yang sudah usang dimakan usia. Dimana ia akan dibongkar dan diambil potongan-potongan yang masih bisa dimanfaatkan untuk kemudian dibuat menjadi barang baru. Ketika sel tubuh kita mencapai usia senja, sel tersebut tidak dibunuh seluruhnya (apoptosis) namun diganti bagian-bagian yang rusak saja, diremajakan.
Hal yang menarik dari autofagi adalah proses ini tidak akan terjadi ketika sel terpenuhi nutrisinya alias sedang kenyang. Proses ini hanya akan terjadi ketika sel merasa lapar. Starvasi atau rasa lapar ini menyebabkan sel memakan komponen-komponen dari bagian sel yang telah rusak agar ia dapat bertahan hidup. Dengan demikian, sel dapat menyingkirkan bagian-bagian yang telah rusak dan meremajakan dirinya.
Menikmati teknologi canggih tanpa dipungut biaya
Puasa tentu tidak  serta merta memberikan hasil seperti rekayasa laboratorium. Meski demikian, puasa menghasilkan efek luar biasa dari aktivasi sel punca di dalam tubuh kita. Puasa menghasilkan peremajaan jaringan tubuh serta sistem pertahanan tubuh, sehingga berdampak pada kesehatan secara universal.
Berpuasa adalah seperti menjalani terapi sel punca alami, tanpa dipungut biaya. Bagaimana? Semakin semangat untuk berpuasa?
Semoga bermanfaat.
Salam kompasiana.
**
Tautan referensi: Cell Reports, Nature Reviews Endocrinology, Cell Stem Cell, Biomedical Journal, Journal of Cell Biology
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H