Ia menekankan supremasi negara dan militerisme, menganggap perang dan konflik sebagai cara untuk mencapai kejayaan nasional. Fasisme ini juga menolak prinsip-prinsip demokrasi dan menentang liberalisme, dengan cara mengeliminasi elemen-elemen yang dapat menimbulkan perbedaan pendapat atau keragaman pandangan.
4.Darwinisme Sosial Â
  Hitler mengadopsi pandangan Darwinisme Sosial, sebuah ideologi yang berusaha menerapkan prinsip-prinsip "survival of the fittest" dalam konteks sosial dan politik. Dalam pandangan ini, ia percaya bahwa bangsa yang kuat berhak mendominasi bangsa yang lebih lemah, dan bahwa kemurnian rasial merupakan kunci untuk kejayaan bangsa Jerman.Â
Hal ini membuat Hitler melegitimasi penindasan terhadap kelompok-kelompok yang dianggap inferior, termasuk Yahudi, Slavia, dan kelompok minoritas lainnya. Doktrin ini melandasi kebijakan eugenika yang diterapkan oleh Nazi, di mana upaya dilakukan untuk "memurnikan" bangsa Jerman dengan melakukan sterilisasi paksa, pembunuhan orang-orang yang dianggap tidak layak, serta pembersihan rasial melalui pembantaian sistematis dalam Holocaust.
5. Anti-Semitisme (Kebencian terhadap Yahudi)
  Anti-Semitisme adalah salah satu aspek yang paling menonjol dari kepemimpinan Hitler. Ia percaya bahwa orang Yahudi adalah "ras parasit" yang menjadi sumber utama malapetaka ekonomi dan sosial Jerman. Hitler menuduh Yahudi sebagai biang keladi atas berbagai masalah di Jerman, termasuk kekalahan dalam Perang Dunia I.
 Kebencian ini dituangkan dalam kebijakan anti-Yahudi yang sangat sistematis, dimulai dari diskriminasi ekonomi hingga akhirnya berujung pada "Solusi Akhir," yaitu upaya pemusnahan orang-orang Yahudi dalam Holocaust.Â
Kebijakan-kebijakan anti-Semitisme ini dilakukan melalui peraturan hukum seperti Hukum Nuremberg, yang membatasi hak-hak sipil orang Yahudi, serta penciptaan kamp-kamp konsentrasi dan pemusnahan, yang menyebabkan kematian sekitar enam juta orang Yahudi di Eropa.
6. Anti-Intelektualisme
  Hitler menentang pandangan intelektual yang menentang ideologinya dan kerap mempromosikan pandangan anti-intelektual dalam pemerintahan Nazi. Para cendekiawan, akademisi, dan penulis yang pandangan atau karya-karyanya dianggap bertentangan dengan ideologi Nazi diberangus atau bahkan diasingkan.
 Buku-buku yang tidak sesuai dengan doktrin Nazi dibakar dalam kampanye propaganda besar-besaran yang disebut "pembakaran buku".Â
Intelektualisme dan kebebasan berpikir dianggap sebagai ancaman bagi negara Nazi yang totaliter, karena dapat menimbulkan perlawanan ideologis atau memicu pertanyaan kritis terhadap kebijakan-kebijakan Hitler. Akibatnya, hanya ideologi Nazi yang boleh diajarkan dan dipromosikan, dan masyarakat Jerman dikepung oleh propaganda yang dirancang untuk membentuk pemikiran mereka agar sejalan dengan pandangan totalitarianisme Nazi.
Apa Itu Gaya Kepemimpinan Adolf Hitler ?
Gaya kepemimpinan Adolf Hitler dapat digambarkan sebagai otoriter, karismatik, dan berbasis ideologi ekstrem yang bertujuan untuk mencapai kekuasaan mutlak. Hitler adalah seorang pemimpin yang mengambil pendekatan sangat sentralistik, di mana keputusan akhir selalu ada di tangannya tanpa perlu persetujuan dari bawahannya.