Mohon tunggu...
Evita Nur Anggraeni
Evita Nur Anggraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Evita Nur Anggraeni, 111211213, Universitas Dian Nusantara, Jurusan Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial, Nama Dosen Prof. Dr. Apollo Daito, M. Si. Ak

Evita Nur Anggraeni Universitas Dian Nusantara NIM 111211213 Jurusan Manajemen Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial Mata Kuliah Leadership Nama Dosen : Prof. Dr. Apollo Daito, M. Si. Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus Gaya Kepemimpinan Adolf Hitler

14 November 2024   13:30 Diperbarui: 14 November 2024   13:32 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Ia sangat jarang memberi ruang untuk diskusi, dan sebagai pemimpin negara, ia memegang kendali penuh atas semua aspek pemerintahan Jerman pada masa Nazi. Selain itu, Hitler juga dikenal memiliki kemampuan berbicara yang luar biasa, yang membuatnya mampu memikat dan mempengaruhi massa dengan retorika yang kuat. 

Pidato-pidatonya sering kali dipenuhi oleh emosi yang membakar semangat, menciptakan suasana heroik yang membuat rakyat Jerman merasa bersemangat untuk mendukung dan mengikuti kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan ini sangat bergantung pada citra kharismatiknya, yang menciptakan persepsi bahwa Hitler adalah "penyelamat" Jerman yang dapat memulihkan kehormatan negara setelah Perang Dunia I. 

Dengan bantuan propaganda yang sistematis di bawah kendali Joseph Goebbels, Hitler memanipulasi informasi secara intensif untuk membentuk opini publik, menanamkan ideologi Nazi dalam benak masyarakat, serta memperkuat loyalitas rakyat terhadap dirinya. Di dalamnya terkandung paham nasionalisme yang ekstrem, disertai pandangan yang memusuhi kelompok tertentu, terutama Yahudi, yang menurut Hitler dianggap sebagai penghalang bagi kejayaan bangsa Jerman.

Mengapa Adolf Hitler Menggunakan Gaya Kepemimpinan Ini ?
adolf Hitler menggunakan gaya kepemimpinan otoriter dan manipulatif ini sebagai respons terhadap kondisi Jerman yang mengalami krisis multidimensional setelah kekalahan dalam Perang Dunia I. 

Pada saat itu, Jerman berada dalam situasi ekonomi yang buruk, dengan tingkat pengangguran tinggi, hiperinflasi, serta ketidakstabilan sosial dan politik yang mengancam keutuhan bangsa. 

Banyak masyarakat Jerman yang kecewa dengan pemerintah dan mencari figur kuat yang dapat memimpin mereka keluar dari krisis ini. Hitler melihat kesempatan besar ini untuk menawarkan solusi yang bersifat radikal melalui ideologi Nazi, yang menjanjikan kejayaan, kekuatan, dan kebanggaan nasional. 

Ia percaya bahwa untuk mencapai tujuannya, ia membutuhkan kekuasaan yang tidak terbagi dan tidak boleh terganggu oleh oposisi atau perbedaan pendapat. Hitler juga merasa bahwa krisis ini memberikan alasan yang cukup kuat baginya untuk memperkenalkan metode kepemimpinan yang represif dan berorientasi pada kontrol penuh. 

Selain itu, ideologi pribadinya yang penuh dengan gagasan supremasi ras Arya dan kebencian terhadap Yahudi serta kelompok lain turut membentuk pendekatannya dalam memimpin, di mana ia mendorong kebijakan diskriminatif dan agresif yang menciptakan polarisasi dan memicu konflik internal serta eksternal. Gaya kepemimpinan ini juga didorong oleh keinginannya untuk membentuk masyarakat yang loyal dan patuh, sehingga ia dapat melaksanakan visi ekstremnya tanpa tantangan.

Bagaimana Adolf Hitler Menerapkan Gaya Kepemimpinannya ?
Adolf Hitler menerapkan gaya kepemimpinan otoriter ini melalui berbagai cara yang berfokus pada kontrol penuh, intimidasi, dan propaganda yang terstruktur. 

Salah satu metode utama yang ia gunakan adalah pidato dan retorika yang kuat, yang dimanfaatkannya untuk menyampaikan visi dan menanamkan rasa kebanggaan serta kebencian nasional. Ia sangat memperhatikan gaya berbicaranya, menggunakan nada emosional untuk mempengaruhi emosi pendengarnya, dan dengan cara ini ia berhasil membangun citra sebagai pemimpin yang kuat dan dapat diandalkan. 

Selain itu, ia membentuk struktur Partai Nazi yang terpusat, di mana setiap posisi strategis diisi oleh loyalis yang akan mengeksekusi perintahnya tanpa pertanyaan. Organisasi militer Nazi, seperti Schutzstaffel (SS) dan Sturmabteilung (SA), digunakan sebagai alat untuk menekan dan mengintimidasi siapa pun yang dianggap sebagai ancaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun