Mohon tunggu...
Evita Nur Anggraeni
Evita Nur Anggraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Evita Nur Anggraeni, 111211213, Universitas Dian Nusantara, Jurusan Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial, Nama Dosen Prof. Dr. Apollo Daito, M. Si. Ak

Evita Nur Anggraeni Universitas Dian Nusantara NIM 111211213 Jurusan Manajemen Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial Mata Kuliah Leadership Nama Dosen : Prof. Dr. Apollo Daito, M. Si. Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus Gaya Kepemimpinan Adolf Hitler

14 November 2024   13:30 Diperbarui: 14 November 2024   13:32 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia menekankan supremasi negara dan militerisme, menganggap perang dan konflik sebagai cara untuk mencapai kejayaan nasional. Fasisme ini juga menolak prinsip-prinsip demokrasi dan menentang liberalisme, dengan cara mengeliminasi elemen-elemen yang dapat menimbulkan perbedaan pendapat atau keragaman pandangan.

4.Darwinisme Sosial  
   Hitler mengadopsi pandangan Darwinisme Sosial, sebuah ideologi yang berusaha menerapkan prinsip-prinsip "survival of the fittest" dalam konteks sosial dan politik. Dalam pandangan ini, ia percaya bahwa bangsa yang kuat berhak mendominasi bangsa yang lebih lemah, dan bahwa kemurnian rasial merupakan kunci untuk kejayaan bangsa Jerman. 

Hal ini membuat Hitler melegitimasi penindasan terhadap kelompok-kelompok yang dianggap inferior, termasuk Yahudi, Slavia, dan kelompok minoritas lainnya. Doktrin ini melandasi kebijakan eugenika yang diterapkan oleh Nazi, di mana upaya dilakukan untuk "memurnikan" bangsa Jerman dengan melakukan sterilisasi paksa, pembunuhan orang-orang yang dianggap tidak layak, serta pembersihan rasial melalui pembantaian sistematis dalam Holocaust.

5. Anti-Semitisme (Kebencian terhadap Yahudi)
   Anti-Semitisme adalah salah satu aspek yang paling menonjol dari kepemimpinan Hitler. Ia percaya bahwa orang Yahudi adalah "ras parasit" yang menjadi sumber utama malapetaka ekonomi dan sosial Jerman. Hitler menuduh Yahudi sebagai biang keladi atas berbagai masalah di Jerman, termasuk kekalahan dalam Perang Dunia I.

 Kebencian ini dituangkan dalam kebijakan anti-Yahudi yang sangat sistematis, dimulai dari diskriminasi ekonomi hingga akhirnya berujung pada "Solusi Akhir," yaitu upaya pemusnahan orang-orang Yahudi dalam Holocaust. 

Kebijakan-kebijakan anti-Semitisme ini dilakukan melalui peraturan hukum seperti Hukum Nuremberg, yang membatasi hak-hak sipil orang Yahudi, serta penciptaan kamp-kamp konsentrasi dan pemusnahan, yang menyebabkan kematian sekitar enam juta orang Yahudi di Eropa.

6. Anti-Intelektualisme

   Hitler menentang pandangan intelektual yang menentang ideologinya dan kerap mempromosikan pandangan anti-intelektual dalam pemerintahan Nazi. Para cendekiawan, akademisi, dan penulis yang pandangan atau karya-karyanya dianggap bertentangan dengan ideologi Nazi diberangus atau bahkan diasingkan.

 Buku-buku yang tidak sesuai dengan doktrin Nazi dibakar dalam kampanye propaganda besar-besaran yang disebut "pembakaran buku". 

Intelektualisme dan kebebasan berpikir dianggap sebagai ancaman bagi negara Nazi yang totaliter, karena dapat menimbulkan perlawanan ideologis atau memicu pertanyaan kritis terhadap kebijakan-kebijakan Hitler. Akibatnya, hanya ideologi Nazi yang boleh diajarkan dan dipromosikan, dan masyarakat Jerman dikepung oleh propaganda yang dirancang untuk membentuk pemikiran mereka agar sejalan dengan pandangan totalitarianisme Nazi.

Apa Itu Gaya Kepemimpinan Adolf Hitler ?
Gaya kepemimpinan Adolf Hitler dapat digambarkan sebagai otoriter, karismatik, dan berbasis ideologi ekstrem yang bertujuan untuk mencapai kekuasaan mutlak. Hitler adalah seorang pemimpin yang mengambil pendekatan sangat sentralistik, di mana keputusan akhir selalu ada di tangannya tanpa perlu persetujuan dari bawahannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun