Sekilas tentang Film Doctor Strange
Tahun ini, satu lagi film garapan Marvel Studio yang berhasil melesat masuk dalam deretan film box office. Doctor Strange, film yang disutradarai oleh Scott Derricson ini agaknya sayang untuk dilewatkan. Film ini sekaligus menjawab tantangan para penggemar Marvel yang ingin sekali melihat perwujudan film dari komik superhero Marvel berjudul Doctor Stephen Vincent Strange atau Doctor Strange karya Steve Ditko pada tahun 1963.
Meskipun sebenarnya komik ini sudah pernah dibuat dalam acara TV seri berjudul Dr. Strangertahun 1978, agaknya transformasinya dalam bentuk film ini menjadi gebrakan jitu  untuk mencuri perhatian penonton di seluruh dunia. Hal ini dibuktikan dengan pendapatan si dokter penyihir yang mencapai USD 85 juta atau sekitar 1,112 triliun rupiah baru di minggu pertama penayangannya.
      Dibintangi oleh Benedict Cumberbatch, Mads Mikkelsen, Chiwetel Ejiofor, Rachel McAdams, dan sederet aktor-aktor ternama lainnya, Doctor Strange berhasil menghadirkan karakter-karakter yang berkesan. Film laga fantasi yang mengadopsi latar era 60-an ini banyak disisipi adegan-adegan lucu, konyol, dan menggelitik sekaligus menyentil. Penonton pun dimanjakan dengan suguhan animasi-animasi grafis memukau yang memvisualisasikan dunia psycadelic dan cermin dengan permainan warna-warni neon yang futuristik. Â
      Salah satu hal yang membuat penonton penasaran dengan film ini adalah kemunculan Thor di bagian akhir cerita. Hal ini mengisyaratkan bahwa Dokter Strange akan bergabung dengan Thor dan Loki pada film berikutnya. Bagaimana, Anda penasaran?
Sinopsis
      Film ini diawali adegan Kaecilius (Mads Mikkelsen) yang memasuki sebuah perpustakaan besama beberapa orang pengikutnya. Setelah berhasil membunuh penjaga perpustakaan, mereka kemudian mengambil sebuah kitab pusaka Cagliostro yang berisikan cara mengendalikan waktu. Akan tetapi, seorang penyihir wanita yang dipanggil The Ancinet One atau si Penyihir Utama (Tilda Swinton) muncul dan mencoba merebut buku itu kembali. Kaecilius dkk. yang terdesak akhirnya hanya merobek dua halaman yang berisi cara pemanggilan Dormammu (penguasa dimensi kegelapan).
     Â
Belajar Mengelola Kesombongan
Beberapa adegan lagi sungguh menyentil kesombongan-kesombongan yang ada dalam diri. Di satu sisi sifat sombong memang membangkitkan percaya diri untuk menuju kesuksesan, namun di sisi lain kesombongan pula yang dapat menghancurkan kesusksesan tersebut. Secara tersirat film ini mengajak penonton untuk bercermin dari kisah kesombongan Stephen Strange sebagai dokter ahli bedah tersohor yang harus kehilangan karirnya akibat kecelakaan. Ia pun akhirnya belajar bagaimana harus bijaksana untuk dapat menerima nasibnya.
Film ini juga mengajak penonton untuk belajar dari kesalahan Kaecilius yang tidak membaca kitab pusaka Cagliostro secara utuh. Ia yang memiliki kekuatan hampir menyamai si Penyihir Utama terlalu percaya diri dengan hanya memusatkan pikiran pada dua halaman kitab yang berisi cara memanggil Dormammu tanpa mengindahkan peringatan yang ada di bagian akhir kitab. Ia pun harus meninggalkan bumi karena diambil oleh Dormammu ke dimensi gelap sebagai ganti untuk tidak menguasai bumi.
Kesan
      Jujur sebenarnya saya bukan penggemar Marvel. Akan tetapi, setelah melihat ekstra film (trailer)-nya di salah satu acara televisi, saya pun tertarik untuk menontonnya langsung di bioskop. Apalagi pemeran utamanya adalah Benedict Cumberbatch yang sering memainkan film-film terkenal seperti 12 Years of Slave(2012), Startrek Into Darkness(2013) dan The Imitation Game (2014). Ada pula Rachel McAdams yang merupakan salah satu aktris favorit saya. Aktingnya di film Red Eye (2005) dan The Vow (2012) sangat berkesan bagi saya.
Bersama Mbak Fully (teman kuliah saya yang nyentrik abiz), saya menonton film Doctor Strange ini di CGV Blitz J-Walk, Yogyakarta pada minggu kedua penayangannya. Baru pada minggu ketiga ini lah saya menuliskan ulasannya. Cukup terlambat memang, tapi taka pa lah namanya juga baru belajar menulis, begitu kira-kira.
Saya juga berusaha sebisa mungkin menuliskannya dengan Bahasa Indonesia dan mereduksi istilah asing. Jadi, mohon maaf kalau terjemahan dari beberapa nama atau sebutan tokoh-tokoh dan istilah-istilah lainnya jadi sedikit aneh.
Mengingat berbagai kekonyolan di beberapa adegan-adegannya, saya jadi teringat film Ant-Man (2015). Hanya saja, kekonyolan yang hadir di Doctor Strange lebih banyak memberikan nilai tersendiri. Film ini kemungkinan bisa bertahan cukup lama di bioskop. Meskipun termasuk film box office, di minggu ketiga penayangannya ini agaknya ia masih harus mempertahankan eksistensinya di tengah-tengah film-film pesaingnya seperti Trolls, Hacksaw Ridge, dan Fantastic Beast and Where to Find Them, serta yang sebentar lagi akan tayang yakni film animasi Moana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H