Menurut Psikolog Klinis RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo, Elok Kartika Sari, M.Psi pada unggahan Instagram @duniaparentingdotid bahwa mengajarkan kepada anak untuk membalas pelaku bullying dengan kekerasan merupakan langkah tidak tepat, karena itu artinya membenarkan tindakan kekerasan terhadap orang lain.
Lalu bagaimana sebaiknya jika ada kekhawatiran kalau anak kita yang menjadi korban bullying oleh temannya?
"Baiknya adalah asertif dengan secara top.. harus asertif," tegasnya.
Mengajarkan anak untuk dapat mengungkapkan ekspresi atau rasa tidak suka yang tegas dan konsisten kepada pelaku bullying adalah langkah yang lebih tepat.
Point penting bagi orang tua adalah harus mengajarkan anak berani, asertif, percaya diri, tetap tenang dan jangan takut untuk meminta tolong serta melaporkan tindak bullying kepada guru atau orang tua.
Hal-hal tersebut perlu ditegaskan dan diingatkan kepada anak meskipun korban sudah mendapatkan ancaman dari pelaku bullying.
Pelaku bullying umumnya akan lebih segan kepada anak yang berani bertindak asertif dan masa bodo ketika di-bully.Â
"Ini akan menjadi upaya preventif supaya anak-anak kita tidak jadi korban," lanjut Elok.
Peran dan pola pengasuhan yang baik dari orang tua menjadi awal pembentukan karakter anak. Dukungan dan pengawasan dari pihak sekolah juga sama pentingnya dalam membentuk kualitas akhlak anak.
Mudah-mudahan tidak terulang lagi kasus-kasus bullying yang menghantui generasi penerus di Indonesia.Â
Dimulai dari rumah, kita sama-sama berusaha untuk membentuk karakter anak yang bertanggung jawab, berani, berperilaku positif dan berakhlak mulia.***