Mohon tunggu...
Evi Untari
Evi Untari Mohon Tunggu... Penulis - Ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga "biasa" yang saat ini sedang menikmati tugas "luar biasa" mengurus tiga anak. Bukan seorang penulis handal, hanya suka menulis untuk menjaga kewarasan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Tak Berpihak pada Asmara

13 Mei 2024   15:25 Diperbarui: 14 Mei 2024   11:44 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sampai di Stasiun Tebet, hujan turun tiba-tiba. Aku memutuskan memanggil taksi yang melintas pas di depanku.


"Aku sebentar lagi sampai..", ketikku di pesan Whatsaap.


"Maaf aku agak terlambat, aku neduh dulu nih.. tiba-tiba hujan. Aku naik motor soalnya.."
Aku tersenyum membaca balasan pesan di ponselku.


Tak masalah, aku lebih suka datang lebih dulu. Bisa mempersiapkan diri dan tidak tampak kikuk ketika harus berjalan menghampiri orang yang baru kita kenal, bukan?


Aku sampai di salah satu restoran lantai dasar Plaza Festival. Aku mengirim pesan untuk menanyakan pesanan yang Aris inginkan agar begitu dia datang, makanan sudah siap tersaji.


Selesai memesan, aku pergi ke toilet untuk merapikan diri. Aku tersenyum di cermin saking bahagianya. Jujur, baru kali ini aku merasak cocok bercerita apa saja dengan seorang pria meski tidak bertatap muka.


Ia tau usiaku, dan kami ternyata seumuran. Kami nyambung ketika membicarakan musik, kenangan masa kecil bahkan makanan kesukaan. Kami sama-sama fasih dalam hal dikecewakan oleh cinta. Aku bersyukur akhirnya bisa menemukan pria yang cocok meski aku tetap tidak mau terlalu berharap dia memiliki perasaan yang sama denganku.


Aku duduk di sudut ruangan resto yang cukup ramai. Kami sudah sepakat untuk mengenakan pakaian serba navy dan jam tangan yang ternyata kami mempunyai model jam tangan kembar! Seperti jam tangan versi couple, hanya kami memiliki model masing-masing sesuai gender kami. Kami bahkan tertawa ketika pertama kali menyadari hal itu dan memutuskan untuk memakai jam tangan couple ini jika bertemu.


Seorang pria dengan postur tubuh tinggi dan agak berisi membuka pintu resto. Aku terkesiap sejenak menyadari dia adalah Aris.


Matanya celingukan sebelum akhirnya melihat ke arahku. Aku tersenyum melambaikan tangan dan ekspresi wajahnya tampak tertegun sesaat. Aku menyadari itu tapi tak ku gubris perasaanku. Apa aku tampak berbeda dengan jilbab ini?


Memang foto-foto tanpa jilbab di akun sosial mediaku belum aku hapus karena kesibukanku. Aku memutuskan memakai jilbab setahun terakhir ini sebagai salah satu ikhtiarku memperbaiki diri. Aku berharap Allah juga akan memperbaiki nasibku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun