Mohon tunggu...
Evi Untari
Evi Untari Mohon Tunggu... Penulis - Ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga "biasa" yang saat ini sedang menikmati tugas "luar biasa" mengurus tiga anak. Bukan seorang penulis handal, hanya suka menulis untuk menjaga kewarasan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jingga yang Kelabu

12 Mei 2024   02:18 Diperbarui: 14 Mei 2024   10:11 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jingga ingat betul ketika hari itu, setelah memeriksakan kondisi kehamilannya untuk pertama kali justru menjadi hari yang paling menyedihkan baginya.

Bayinya sehat, usianya 18 minggu dan ia tumbuh dengan baik dengan berat yang optimal. Tapi kondisi hati Jingga justru hancur, tidak baik-baik saja.

Sara ternyata mengetahui hubungan gelap antara dirinya dan Kazib. Bahkan yang paling tidak waras, Sara lah yang menyuruh Kazib merayu Jingga hingga berhasil untuk menidurinya.

Sara menginginkan bayi itu. Sara di diagnosa tidak bisa hamil oleh dokter sampai kapanpun karena gangguan pada rahimnya. Sara menginginkan rumah tangga yang "normal" bersama Kazib, ia mendambakan adanya buah hati dalam pernikahan mereka. Dan ia berpikir Jingga adalah kandidat yang tepat untuk mewujudkan impiannya itu.

Bayi Jingga akan dilahirkan tanpa diberi tahu perihal ibu kandungnya. Bayi itu akan selamanya jadi milik Sara dan Kazib dan Jingga tidak diizinkan untuk bertemu, demi menjaga rahasia ini.

Sakit! Jingga tak bisa memahami apa yang ada di pikiran Sara. Terlebih ketika janin itu tak bisa bertahan, Sara justru mengamuk tak karuan, menuduh Jingga sengaja melakukannya.

Jingga merasa dikhianati oleh Sara dan Kazib. Padahal Jingga sudah memberikan sepenuh hatinya pada Kazib. Jingga terpuruk dengan keadaan yang sulit dicerna oleh akal sehatnya. Bayi itu pergi karena memahami perasaannya, Jingga tidak rela bayi itu jadi milik siapapun.

"Maafin teteh, mah... maafin!"

Mamah memeluk Jingga yang masih sering menangis, malah kadang sampai melukai dirinya sendiri.

"Iya teh.. iya.. udah yuk, masuk sekarang udah mau malam, gerimis juga.. baju teteh udah basah nih.."

Jingga tertatih dalam dekapan mamah. Dengan sabar dan telaten, mamah mengganti baju Jingga yang basah dengan pakaian yang lebih hangat. Mamah memberikan Jingga obat penenang agar Jingga bisa tertidur dan tidak mengigau macam-macam, tak lupa mamah menyelipkan foto USG bayi di dekapan tangan Jingga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun