Aku selalu menjadi guru pengajar, pendidik sepanjang masa setelah lulus kuliah bahkan sebelumnya aku sudah mengajar di sebuah sekolah sebagai guru honorer. Sejak itu hari senin sampai sabtu sejak pagi hingga minimal jam dua siang aku selalu di kelas, dan di kelas. Kadang -- kadang di hari yang sama aku juga pergi dari satu sekolah ke sekolah berikutnya. Aku punya jam yang cukup padat dan hal itu mengalihkan perhatianku dari urusan perjodohan atau melakukan hal yang aku suka.
Namun di tahun 2012 tepatnya bulan Februari jodoh itu datang. Ibu dan bapakmu bukan teman sekolah, dan kami tak saling mengenal sebelumnya namun Allah yang telah mempertemukan kami. Kehadiranmu melengkapi kebahagiaan kami. Di bulan Mei tahun 2014 kau hadir menyejukkan mata dan hati kami dan menjadi kesayangan kami. Penantian akan kehadiranmu sempat membuatku resah dan merana. Aku telah sangat, sangat meridukanmu sehingga saat kau hadir diantara kami lengkaplah kebahagiaan itu.
Kau putra seorang guru. Saat umurmu belum genap 3 bulan, ibu telah harus kembali ke sekolah mengajar dan mendidik di sekolah. Namun aku ingin kau tetap mendapatkan ASI eksklusif hingga 6 bulan dan meneruskannya hingga 2 tahun. Saat ibu mendidik di sekolah, ibu berdoa kau akan mendapatkan guru -- guru yang menjaga, menyayangimu, dan menerima bakat serta kesulitanmu sebagai bagian dari amanahnya sebagai seorang pendidik. Namun saat ini kau baru berumur 3 tahun dan belum masuk ke sekolah formal, kau akan bermain dan belajar dengan ibu sepulang ibu dari sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H