Tidak hanya merugikan keberlanjutan hutan dan keanekaragaman hayati, tetapi tindakan ini juga dapat memperburuk masalah lingkungan global seperti perubahan iklim.
Perubahan lahan yang signifikan dalam pembangunan kota mandiri juga dapat menjadi pemicu masalah-masalah lingkungan lokal, seperti banjir.Â
Permeabilitas tanah yang berkurang karena pembangunan dapat menyebabkan air hujan sulit terserap, meningkatkan risiko banjir di wilayah tersebut.Â
Kerusakan ekosistem alam yang sering terjadi dalam proses pembangunan dapat berdampak jangka panjang, merugikan flora dan fauna lokal serta mengubah keseimbangan ekologis.
Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan konsekuensi lingkungan dalam setiap langkah pembangunan kota mandiri.Â
Pendekatan berkelanjutan dan ramah lingkungan harus menjadi prioritas, dengan menggabungkan upaya pelestarian lingkungan, restorasi ekosistem, dan pengembangan infrastruktur yang berdampak minimal pada alam.Â
Hanya dengan cara ini, kota mandiri dapat menjadi model pembangunan yang tidak hanya menguntungkan manusia, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan yang kita warisi.
Ketergantungan Infrastruktur Eksternal
Salah satu tantangan kritis yang dihadapi oleh beberapa kota mandiri adalah ketergantungan yang berlebihan pada infrastruktur kota besar di sekitarnya.Â
Meskipun pembangunan kota mandiri seringkali didukung oleh fasilitas modern dan lengkap, keberlanjutan operasionalnya sering kali tergantung pada konektivitas yang kuat dengan infrastruktur kota besar tersebut.Â
Jika infrastruktur tersebut tidak mengalami perkembangan yang sejalan dengan pertumbuhan kota mandiri, dapat timbul masalah serius dalam penyediaan layanan dasar, seperti transportasi dan layanan kesehatan.
Ketergantungan yang berlebihan pada infrastruktur eksternal dapat mengakibatkan ketidakstabilan dan ketidakpastian dalam fungsi sehari-hari kota mandiri.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya