Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena kota mandiri semakin merajalela di Indonesia. BSD, Kota Baru Parahyangan, Grand Wisata, Harapan Indah, Sentul City, Summarecon Emerald Karawang, BSB City Semarang, dan berbagai proyek serupa mengepul dari tangan pihak swasta.Â
Meski terlihat sebagai jawaban atas masalah pemukiman, pertanyaannya muncul, apakah kota mandiri benar-benar solusi yang nyata? Ataukah ini hanyalah tren baru yang mungkin justru membawa masalah baru?
Keberhasilan Kota Mandiri
Kota mandiri sering dijual sebagai solusi untuk mengatasi masalah kota besar yang padat dan kurangnya fasilitas. Mereka menjanjikan lingkungan yang terencana dengan fasilitas modern, ruang terbuka hijau, dan berbagai kemudahan lainnya.Â
Banyak dari kota mandiri ini juga menawarkan konsep hunian terintegrasi dengan pusat perbelanjaan, pendidikan, dan rekreasi yang tersedia dalam satu kawasan.
Namun, kendati ada keberhasilan dalam menciptakan lingkungan yang teratur, beberapa kota mandiri belum tentu mampu menyelesaikan masalah antara kota besar dan satelitnya. Kadangkala, mereka justru menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang tidak terduga.
Mewujudkan Kota Teknopolis, Tidak Sekedar Kota Mandiri Sebatas Iklan https://t.co/DZqeRStd36--- Kompasiana (@kompasiana) January 15, 2024
Masalah Potensial
Kesenjangan Sosial Ekonomi
Meskipun konsep kota mandiri menjanjikan kemudahan dan fasilitas modern, realitasnya menunjukkan bahwa tidak semua individu dapat merasakan manfaatnya.Â
Sebaliknya, perbedaan dalam aksesibilitas dapat memperlebar kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat. Hanya sebagian kecil orang yang mampu menikmati segala fasilitas kota mandiri, sementara mayoritas masyarakat tetap terpinggirkan dari kemudahan-kemudahan tersebut.
Kesenjangan sosial ekonomi yang muncul dapat menciptakan divisi yang lebih dalam di antara kelompok-kelompok masyarakat.Â
Segelintir individu yang dapat menikmati kemewahan di dalam kota mandiri mungkin akan merasakan kenyamanan dan perkembangan ekonomi, sedangkan sebagian besar masyarakat di luar kota mandiri mungkin menghadapi tantangan lebih besar dalam mengakses pekerjaan, pendidikan, dan layanan kesehatan yang berkualitas.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya