(2) Pengalaman penuh waktu dalam kehidupan nyata dalam peran gender yang diinginkan.
(3) Psikoterapi, Terapis yang bekerja dengan orang- orang dengan disforia gender membantu individu memperjelas identitas gender      mereka dan  keinginan mereka untuk berobat.
Menurut psikolog Indah Dewanti Rahmalia, S.Psi., M.Psi., Psikolog. beberapa penanganan atau upaya pencegahan lainnya yang dapat dilakukan adalah:
1. Psikoedukasi
Psikoedukasi digunakan untuk melihat sejauh mana pemahamannya tentang masalah Gender Dysphoria, sejauh mana keluarganya tahu terkait hal tersebut atau lingkungan-lingkungan terdekatnya dan bagaimana kita mengedukasi cara penanganan yang tepat terhadap orang yang memiliki masalah demikian..
2. Psikofarmakologi atau pemberian obat
Dilakukan oleh psikiater dengan pemberian obat dilakukan kepada orang yang memang memiliki gangguan secara neurologis secara genetik maupun hormonal.
Berdasarkan hasil survey yang sudah diberikan kepada 60 responden, menyatakan bahwa sebanyak 66,7% responden tidak pernah mendengar istilah Gender Dysphoria dan sebanyak 96,7% memahami peran gendernya sendiri. Namun, sebanyak 13,3% Masyarakat pernah merasa tidak nyaman dengan gendernya sendiri.
Â
Indah Dewanti Rahmalia, S.Psi., M.Psi., Psikolog, merupakan seorang psikolog klinis yang mengatakan bahwa respon masyarakat terhadap seseorang yang mengalami Gender Dysphoria harusnya mendukung untuk dia kembali ke identitas gender aslinya dan tetap menerima orang yang mengalami Gender Dysphoria, tetapi menolak gangguan Gender Dysphoria yang menyimpang dari norma masyarakat yang ada.
Referensi :