Mohon tunggu...
Eva Sinaga
Eva Sinaga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Politik dan narasi Publik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mencari Letak Demokrasi dalam Politik Dinasti Pilpres Indonesia 2024

7 November 2024   00:47 Diperbarui: 7 November 2024   00:47 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada pemilihan Presiden Indonesia di awal tahun 2024 tepatnya bulan Februari lalu. Pemilihan Presiden atau disingkat Pemilu, menjadi perbincangan Internasional.

Perbincangan Internasional pada Pemilu, yang berlangsung pada 14 Februari 2024 tersebut dikarenakan Indonesia merupakan negara yang memberikan ukuran dan pengaruh besar di kawasan dan di dunia internasional terutama dalam hal politik, dan ekonomi. Sebagai negara yang memiliki pengaruh besar dan merupakan negara besar. Halnya Pemilihan pemimpin negara atau Presiden sangat diikuti perkembangannya untuk melihat gaya kepemimpinan dan ciri khas yang akan menjadi jalan dalam kanca Internasional dalam menentukan prioritas kepentingan nasional Indonesia. 

Namun pada media masa yang terjadi pada masa Pemilu tersebut malah menunjukkan beberapa ketertarikkan lain yang mungkin bukan menyangkut terkait gaya kepemimpinan atau prioritas yang disampaikan dalam debat Pemilu. kutipan Paslon nomor 03, Ganjar Pranowo memberikan statement yang kontroversial dan menjadi topik panas dimana-mana.

"Kita harus menjaga proses politik demokrasi dengan baik, kita mesti melawan politik dinasti yang didukung oleh mereka, yang statementnya sangat terbuka menguasai sepertiga kekayaan Indonesia, sungguh-sungguh rakyat merasa terluka karena statement itu," Sebut Ganjar.

Nyatanya pada debat Pemilu terkait terdapat pihak lain selain dari pada Paslon yang berada dalam meja panas perdebatan yang secara tidak langsung bersinggungan dengan ucapan Ganjar Pranowo, dan fokus media Internasional. Pihak lain tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Joko Widodo yang menjabat sebagai Presiden sebelumnya. Yang mana salah satu bakal calon Wakil Presiden kala itu adalah Gibran Rakabuming yang merupakan anak dari Bapak Presiden Joko Widodo yang saat itu masih memegang jabatan kepresidenan.

Banyak spekulasi yang terjadi terkait pencalonan Gibran Rakabuming menjelang Pilpres 2024, dan tentu banyak media yang meliputi ini dan memberikan gambaran kondisi berdasarkan pandangan beberapa narasumber seperti yang terjadi pada media masa CNN Indonesia terutama pada beberapa judul media terkait seperti "Pakar Hukum UGM Tuduh Partai Ikut Berdosa di Kasus Politik Dinasti", "Forum Cik Di Tiro Nobatkan Jokowi Bapak Politik Dinasti Indonesia", "Media AS Soroti Kemunculan Dinasti Baru Era Jokowi".

Pada segala bentuk pemberitaan yang mengenai Pilpres 2024 yang terjadi di Indonesia, banyak yang menyoroti  dan berspekulasi halnya kehadiran Gibran dalam Pilpres terkait merupakan bentuk daripada keegoisan dan keinginan mempertahankan kekuasaan Joko Widodo dalam ranah politik. Yang mana bahkan media asing seperti media pemberitaan Amerika mengangkat hal spekulasi pengangkatan Gibran sebagai bakal calon Wakil Presiden adalah akibat dari pada keinginan Joko Widodo dalam membangun Dinasti kekuasaannya sendiri sebagai pemain yang tetap dalam berkuasa bahkan setelah meninggalkan jabatannya sebagai Presiden ke- RI. Media Amerika tersebut disebutkan turut mempertanyakan letak Negara Indonesia yang merupakan negara demokrasi di kancah internasional.

Namun tentu seharusnya pada pemberitaan terkait, tidaklah dibenarkan melakukan spekulasi tersebut dan langsung menembak sasaran terhadap suatu individu lainnya sebagai sasaran spekulasi yang tentu belum ada kebenaran pastinya. Terutama pada pengklaiman Joko Widodo dalam melakukan upaya politik dinasti. Hal ini dikarenakan berdasarkan pengertiannya sendiri dalam teori Klasik Aristoteles Politik adalah usaha yang ditempuh dan berkaitan terkait penyelenggaraan Publik pemerintahan dan negara, dan Politik adalah segala sesuatu yang menyangkut terkait perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik pemerintahan negara. 

Sementara pada Politik Dinasti merupakan bentuk kekuasaan politik yang dijalankan oleh sekelompok orang yang masih berada dalam ikatan dan hubungan keluarga atau dikenal dengan sistem monarki. Yang tentu sistem monarki merupakan sistem yang berkebalikkan dengan sistem pemerintahan Indonesia yang merupakan Negara demokrasi. Dimana Demokrasi merupakan sistem pemerintahan dimana rakyat secara langsung melakukan pengambilan keputusan. 

Dengan demikian sudah pasti dalam pemilihan bakal calon Presiden dan wakilnya merupakan hal terlarang sebagai negara Demokrasi melakukan sistem nepotisme yang monarki, dan tentu hal ini secara menyeluruh adalah benar adanya. Namun spekulasi terkait pernyataan dan tuduhan terkait  aturan baru oleh MK yang dianggap menjadi jalan bagi Gibran dalam mencalonkan diri menjadi calon wakil presiden dan memunculkan istilah Politik Dinasti pada Pilpres lalu, yang dilemparkan kesalahan sepenuhnya kepada Joko Widodo selaku Presiden ke-7 kala itu menjabat. Karena dianggap membuka jalan dan melakukan tindakan nepotisme dan menutup adanya demokrasi. Sepenuhnya dianggap santai dan dibantah oleh Bapak Joko Widodo di Jakarta.

"Semuanya yang memilih itu rakyat, yang menentukan itu rakyat, yang mencoblos itu rakyat, bukan itu bukan elite, bukan partai. Itulah demokrasi," Ucap Bapak Jokowi di Plataran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun