Mohon tunggu...
EVA PUSPITASARI
EVA PUSPITASARI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa semester 2 Program Studi Industri Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Kita Semua Memiliki Privilege? Fenomena Privilege di Tengah Masyarakat Indonesia

24 Maret 2023   09:14 Diperbarui: 24 Maret 2023   09:41 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akhir akhir ini banyak sekali masyarakat khususnya di kalangan anak muda yang menggunakan istilah privilege, baik itu dalam media sosial ataupun dalam percakapan dan diskusi sehari-hari. Pandangan banyak orang terkait privilege ini kurang lebih seperti ini, orang yang hari ini sukses adalah mereka yang memiliki privilege dan sekeras apapun kita berusaha dan berjuang kita tidak akan pernah bisa sampai pada titik seperti dengan orang yang memiliki privilege tersebut. Nah jadi Sebenarnya privilege itu apa sih? Yuk simak penjelasan berikut. 

Menurut Kamus Merriam Webster, privilege bermakna hak istimewa yang diberikan sebagai suatu manfaat, keuntungan, atau bantuan khusus. Nah dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa privilege adalah sebuah hak istimewa yang tidak dimiliki semua orang yang dimana dapat berupa materil, kesempatan, bahkan nilai atau value yang membuat kita bangga ada di tengah-tengah masyarakat luas. Selain itu, previlage ini dapat berupa warna kulit, golongan, kasta atau kelas sosial, ras hingga gender.

Apa yang ada dibenak ketika berbicara privelege?

Di Indonesia saat ini, tak jarang masyarakat yang menggunakan istilah privilege untuk memberikan jalan atas kesuksesan atau keberhasilan masa depan anak-anaknya dengan mudah. Berbicara mengenai privelege, pernakah kalian berpikir seperti ini? "Wahh dia bisa kuliah di universitas ternama hingga kuliah di luar negeri pasti karena orang tuanya kaya dan mapan". Lalu "Temanku selalu berprestasi sampai sekarang karena pasti sejak dia kecil diberikan akses buku-buku yang bagus dan mahal oleh orang tuanya", atau bahkan sering berucap "Wah dia lulus di perusahaan A, pasti karena memiliki orang dalam". Pandangan- pandangan tersebutlah yang disebut dengan fenomena privilage  yang dimana tumbuh di lingkungan masyarakat. Namun sayangnya, terdapat hal negatif yang timbul ketika berbicara mengenai privilege, diantaranya:

1. Banyak orang berpandangan bahwa privilage hanya sebatas materi atau kekayaan dan hal-hal yang menyenangkan juga membuat kita nyaman

Hal tersebut diartikan seperti tingkat kekayaan, paras yang cantik atau tampan, kulit yang putih, hidung yang mancung, tinggi dan berat badan yang ideal, anaknya berasal dari keluarga mapan, dan seterusnya. Sementara hal-hal lain di luar itu kita anggap sebagai sesuatu yang "no value" atau tidak berharga bahkan tak jarang dari kita menganggapnya sebagai suatu kekurangan. 

2. Meremehkan mereka yang sukses dan memiliki privillage

Tak jarang ditemui di tengah tengah masyarakat beranggapan bahwa jika mereka semua yang sukses sudah sewajarnya karena semisal ada kekayaan dari orang tuanya sehingga menunjang dia sukses dan berhasil. Seakan-akan usaha mereka biasa saja dan bahkan tidak anggap. Padahal kita tidak tahu keadaan sebenarnya, apakah seseorang yang sukses tersebut berusaha dan belajar sangat keras juga untuk mendapatkan keberhasilannya, karena percuma saja jika seseorang memiliki suatu privilege, namun tidak dia gunakan sebaik-baiknya, maka hasilnya pun tidak akan maksimal.

Sehingga berbicara mengenai privilage tanpa disertai dengan open minded atau pikiran yang terbuka dan juga pikiran yang bijak akan memicu timbulnya rasa tersinggung dari orang lain. Bahkan tidak sedikit dari kita malah sulit untuk bersyukur dan sulit dalam mengapresiasi diri kita sendiri. 

Jenis privilege

Terdapat 2 jenis atau tipikal dari privilege ini diantaranya:

1. Privilege External

Privilege external adalah hak istimewa yang dimiliki seseorang yang datangnya dari orang lain untuk diri kita. Biasanya privilege ini sudah bawaan dari lahir, bersifat permanen, dan kita tidak bisa memilih. Misalnya kita lahir dimana, di tengah keluarga seperti apa, dari keturunan genetik seperti apa, dan yang lainnya. 

2. Privilege Internal

Privilage internal adalah sesuatu yang datang dari effort atau sesuatu yang kita usahakan. Misalnya prestasi, karya, networks atau relasi pertemanan, ilmu, skill, dan yang lainnya. Privilege ini  yang justru memberikan impact lebih jauh bagi kita, karena memang  kita upayakan dari diri sendiri. 

Jika privilege adalah hak istimewa atau keunggulan, maka kita semua istimewa dan pemenang dengan cara juga potensi kita masing-masing

Kenapa penting bagi kita untuk mengetahui dan memaknai privilege?

1. Agar lebih bersyukur

Ketika kita memaknai privilege hanya sebatas materi atau yang terlihat secara kasat mata, maka akan sulit bagi kita untuk melihat intangible asset atau aset yang tidak berwujud namun memiliki nilai yang ada dalam diri kita, baik kita semua misalnya sebagai pelajar, mahasiswa, anak muda, kita yang dapat menggunakan seluruh panca indera dengan baik, kita masih diberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan, dan kita lahir juga ada di lingkungan yang mendukung cita-cita kita. 

2. Agar lebih percaya diri

Ketika privilege tidak dimaknai dengan bijak berdasarkan kapasitas dan kemampuan yang kita miliki, maka akan timbul rasa tidak percaya diri karena status sosial atau kelebihan orang lain yang kemungkinan sudah menjadi privilege external mereka yang keadaannya tidak bisa dipilih dan diminta sejak lahir. Jika rasa percaya diri adalah langkah awal untuk merubah, berkarya, berprestasi,dengan posisi kita tidak memaknai privilege dengan bijak, maka tidak akan ada karya yang kita hasilkan, karena kita hanya jauh lebih memaknai dan terfokus dengan cerita orang yang punya privilege daripada melihat dan membuat cerita dari privilege dari diri dan lingkungan kita sendiri.

3. Agar terus bertumbuh

Ketika kita mencoba untuk merenung, memahami dan memaknai dimulai dari siapa kita?, bagaimana kondisi keluarga kita?, dan apa keuntungan yang didapatkan dari situasi dan kondisi kita saat ini?. Kemungkinan hal tersebut akan membuat kita mengeluh dan sulit bersyukur, karena pertanyaan tersebut membuat kita harus mengakui darimana kita berasal, yang dimana bisa saja kita tidak begitu menyukai akan jawabannya atau bahkan jawabannya adalah kekurangan bagi sebagian kita. Terdapat hal yang tidak semestinya kita lakukan adalah merespon hal tersebut dengan membatasi diri untuk bertumbuh, membatasi diri untuk meraih cita-cita, dan membatasi diri untuk memiliki harapan dan tujuan, hanya karena kita merasa kita tidak berprivilege eksternal yang sama dengan orang lain. Tidak memiliki privilege eksternal bukan berarti kita tidak memiliki kesempatan untuk terus bertumbuh. 

Jika kita terus menanamkan mindset bahwa hanya orang kaya yang dapat kuliah di luar negeri, hanya orang kaya yang dapat membeli rumah dan mobil mewah, hanya orang cantik yang dihargai banyak orang, maka kita akan menjadi seoerang pemalas dan penuh dalam kecemasan yang selalu menggantungkan segala sesuatu pada takdir. Bukan takdir yang salah, namun mindset kita yang harus diubah, karena yang membtasi diri kita adalah diri kita sendiri.

Bagaimana menyikapi privilege?

1. Acceptance (penerimaan)

Segalanya dimulai dari penerimaan, kita menerima diri kita sendiri atas segala situasi dan kondisi. Mungkin tujuan terlihat jauh atau terasa sangat berat untuk dapat meraihnya karena tidak memiliki privilege eksternal. Namun, karena dalam diri kita belum bisa menerima siapa kita, darimana kita berasal, atau terlebih lagi belum bisa memaafkan kesalahan-kesalahan diri kita, maka acceptance adalah hal  yang sulit untuk dilakukan. Daripada kita terus memendam lebih baik kita menerima sesuatu yang telah terjadi, karena tidak semua hal ada atas kontrol diri kita masing-masing.

2. Self-Reflection (evaluasi)

Daripada kita terus-terusan bertanya "mengapa kondisi saya seperti ini dan tidak sebaik kondisi dia?". Lebih baik kita bertanya "Apa yang dapat saya lakukan untuk hari ini dan seterusnya?". Diantara kita pasti pernah berpikir bahwa ketika tidak memiliki kekayaan, akses yang bagus, paras yang cantik atau tampan sampai menyadari bahwa kita sebenarnya memiliki hal istimewa yang bisa saja hal tersebut tersembunyi dan tidak disadari. Kita mampu membentuk dan membangun "istimewa" itu dengan sendirinya. Sadar atau tidak ada banyak sekali hal yang sebenarnya istimewa , namun selama ini kita abaikan keberadaannya. Privilege ini dapat berupa hal-hal yang selama ini terdengar simple, misalnya  memiliki orang tua yang mendukung cita cita  kita pun adalah sebuah privilege bagi kita karena banyak anak-anak di luar sana yang tidak memiliki support system sama sekali. Selain itu, memiliki pilihan untuk menentukan tujuan hidup seperti apa yang ingin kita jalani pun adalah suatu keistimewaan tersendiri karena diluar san apun pasti banyak orang tidak bisa menentukan tujuan dan pilihan hidupnya sendiri . Refleksi diri pun sangat penting bagi seseorang yang memiliki privilege eksternal karena sejauh mana kita dapat mengoptimalkan privilege tersebut. Daripada kita terus-terusan bertanya "mengapa kondisi saya seperti ini dan tidak sebaik kondisi dia?". Lebih baik kita bertanya "Apa yang dapat saya lakukan untuk hari ini dan seterusnya?

3. Create our own standard (Buatlah standar kita sendiri)

Seringkali kita hanya terfokus pada privilege yang dimiliki oleh orang lain. Misalnya melihat orang lain sukses dengan segala privilege yang ia miliki. Terus-terusan melihat privilege orang lain terkadang membuat diri kita merasa kecil hati, tidak bersemangat, bahkan putus asa sebelum mencoba. Hal ini disebabkan karena kita menerapkan standar privilege orang lain dala hidup kita. Padahal kita pun harus hidup dalam standar yang kita bangun dan kita miliki agar dapat memanfaatkan apa saja hal yang bisa kita lakukan dan optimalkan.  Memandang privilege orang lain tanpa ada rasa termotivasi akan sulit untuk kita berkembang ke arah yang lebih baik. 

4. Listen and Learn (Mendengar dan belajar)

Dalam menyikapi privilege, dua hal tersebut harus kita lakukan. Selama ini kita seringkali menilai bahwa mereka yang sukses hari ini adalah mereka yang dipenuhi oleh privilege. Privilege memang ada dan kita tidak dapat menyangkalnya. Privilege adalah point dalam perjalanan kita, masa depan tidak bergantung pada sosial privilege, namun justru kita harus berusaha untuk meraih masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, yuk kita lebih banyak lagi dalam mendengar, melihat, aan belajar apa yang orang lakukan dan tidak kita lakukan, kebiasaan apa saja yang mereka pertahankan, apa yang mereka baca dan tidak kita baca, dengarkan kisah-kisah mereka, bagaimana membangun mentalnya, perjuangan, mimpinya, bahkan bagaimana mereka mewujudkannya. Yakinlah banyak orang hebat yang justru lahir dalam kondisi penuh keterbatasan, perjuangan yang menantang, sampai yang awalnya mereka tidak memiliki apapun namun memiliki kisah sukses tersendiri. 

5. Create your own privilege

Misalnya seorang anak yang lahir dengan privilege eksternal atau segala aksesnya terpenuhi bisa saja lahir dari orang tua yang  juga dahulunya bekerja keras untu mendapatkan kesuksesannya. Suatu privilege dapat kita ciptakan dengan segala cara, namun tentu kita harus mau berkorban waktu, tenaga dan pikiran.

6. Gunakan privilege secara bijak

Memiliki privilege bukan berarti kita tidak perlu berusaha, bukan berarti tidak akan gagal, bukan berarti tidak akan dihantui rasa malas. Oleh karena itu, untuk gunakanlah privilege secara bijak dan bertanggung jawab. Privilege bukan hanya sebuah kesempatan atau hadiah , namun sebuah tanggung jawab. Misalnya kita sebagai seorang mahasiswa yang merasakan duduk di bangku kuliah pun merupakan suatu privilege, maka gunakanlah kesempatan tersebut sebaik-baiknya untuk menggali segalah potensi dan prestasi dan tuntaskan pendidikan sampai akhir sehingga akan membanggakan kedua orang tua kita. 

Seberapa besar privilege yang kita miliki, berusaha dan tekun adalah dua hal yang mutlak untuk dilakukan. Jangan lupa untuk selalu bersyukur, dan berhentilah untuk membandingkan hidup kita dengan orang lain tanpa adanya rasa termotivasi agar kita selalu dapat mengembangkan diri. Setiap dari individu kita adalah berharga. Setiap alur hidup pasti akan ada hikmahnya. Teruslah bersyukur, bertumbuh, berkembang dan berdaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun