Internet telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia. Dengan lebih dari 210 juta pengguna, internet mempermudah komunikasi, belanja, dan akses informasi. Berbagai kemudahan ini memungkinkan banyak sektor, termasuk sektor ekonomi dan pendidikan, berkembang pesat berkat kemajuan digital. Namun, meskipun manfaatnya sangat besar, penggunaan internet, terutama media sosial, dapat berdampak negatif pada kesehatan mental penggunanya.
Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), hampir 70% orang Indonesia mengakses media sosial setiap hari. Penggunaan internet membawa kemudahan, seperti bagi pelaku UKM yang berkembang melalui platform digital.Â
Namun, riset menunjukkan bahwa kecanduan media sosial bisa menyebabkan stres dan depresi, terutama di kalangan remaja. Hal ini seringkali dipicu oleh social comparison—perbandingan sosial yang tak terhindarkan saat melihat kehidupan orang lain yang tampak lebih sempurna di media sosial (Yulianto, 2022).
Salah satu dampak negatif yang paling jelas dari penggunaan internet yang berlebihan adalah gangguan tidur. Data dari National Sleep Foundation menunjukkan bahwa lebih dari 40% pengguna internet Indonesia menghabiskan lebih dari 5 jam sehari di media sosial.Â
Kebiasaan menggulir feed media sosial—terutama di malam hari—bisa mengganggu pola tidur seseorang, yang kemudian berdampak pada kesehatan fisik dan mental mereka.
Kurang tidur sering kali menjadi pemicu kecemasan, penurunan suasana hati, dan stres. Kondisi ini bisa memperburuk gangguan mental jangka panjang seperti depresi. Hal ini juga menjelaskan fenomena yang sering kita temui di kalangan remaja, di mana banyak dari mereka yang merasa tertekan dan terisolasi karena perasaan tidak cukup tidur dan terhubung terus-menerus dengan dunia maya.
"The more you use social media, the more you feel disconnected from the real world."
— Arianna Huffington, pendiri HuffPost dan CEO Thrive Global.
Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
Selain gangguan fisik, media sosial juga mempengaruhi kesehatan mental melalui faktor psikologis. Banyak platform digital memunculkan standar kecantikan dan kesuksesan yang tidak realistis, yang bisa meningkatkan beban psikologis penggunanya.Â
Tekanan untuk selalu tampil sempurna di media sosial sangat terasa di kalangan remaja, yang cenderung membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan orang lain yang tampaknya lebih bahagia atau lebih sukses. Hal ini menambah beban mental, menyebabkan perasaan cemas, rendah diri, bahkan depresi.
Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) juga semakin populer di kalangan remaja, di mana mereka merasa tertekan karena merasa ketinggalan momen atau pengalaman yang terlihat menarik di media sosial. FOMO dapat memperburuk perasaan cemas dan kesepian. Sebuah studi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2023) menemukan bahwa lebih dari 30% remaja di Indonesia melaporkan merasa cemas atau tertekan akibat perbandingan sosial di media sosial.
"The more time teens spend on social media, the more likely they are to be depressed, lonely, and have problems with sleep."
— Jean Twenge, seorang psikolog dan penulis iGen.
Pernyataan ini menggarisbawahi dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental remaja, di mana semakin lama mereka terpapar media sosial, semakin besar kemungkinan mereka mengalami masalah seperti depresi, kesepian, dan gangguan tidur.
Solusi
Meski internet dan media sosial memberikan banyak kemudahan, kita perlu bijak dalam menggunakannya. Penggunaan teknologi yang tidak terkontrol dapat membawa dampak buruk yang serius pada kesehatan mental. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan kesadaran dan kebiasaan yang sehat dalam menggunakan media sosial. Berikut beberapa solusi yang bisa diterapkan:
Pembatasan Waktu di Media Sosial, penggunaan media sosial yang terencana dan terkontrol dapat mengurangi dampak negatif seperti kecemasan, stres, dan gangguan tidur.Â
Pendidikan tentang Penggunaan Internet yang Sehat, pemerintah, sekolah, dan orang tua memiliki peran penting dalam memberikan edukasi mengenai penggunaan internet yang sehat. Membiasakan diri untuk tidak tergantung pada media sosial sebagai sumber utama kebahagiaan atau validasi adalah langkah awal yang penting.Â
Mendorong Konten Positif dan Dukungan Mental di Media Sosial, menggunakan media sosial untuk tujuan yang lebih produktif dan bermakna, seperti belajar atau mencari dukungan mental, bisa menjadi alternatif yang sehat.
Menciptakan Kebiasaan Tidur yang Sehat, mengurangi penggunaan media sosial beberapa jam sebelum tidur sangat penting untuk menjaga kualitas tidur dan kesehatan mental dan dapat membantu otak dan tubuh beristirahat dengan optimal, yang pada gilirannya akan mengurangi kecemasan dan meningkatkan suasana hati.
Membangun Koneksi yang Sehat dan Bermakna. Di dunia yang semakin terhubung secara digital, penting untuk juga menjaga hubungan sosial yang mendalam dan nyata dengan orang-orang di sekitar kita. Brené Brown, seorang peneliti sosial yang banyak meneliti tentang hubungan manusia, mengatakan
"Connection is why we're here; it is what gives purpose and meaning to our lives."
— Brené Brown
Kesimpulan
Media sosial dan internet memberikan banyak kemudahan dalam kehidupan modern, tetapi juga membawa tantangan tersendiri bagi kesehatan mental, terutama di kalangan remaja.Â
Kecanduan media sosial, perbandingan sosial yang tidak sehat, serta gangguan tidur adalah beberapa masalah utama yang muncul sebagai dampak dari penggunaan internet yang berlebihan. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk lebih bijak dalam menggunakan teknologi dan lebih memperhatikan dampak psikologis yang mungkin ditimbulkan.
Dengan mengatur penggunaan media sosial, membangun kebiasaan tidur yang sehat, serta menciptakan koneksi sosial yang lebih bermakna, kita dapat menjaga keseimbangan hidup dan meminimalkan dampak negatif dari teknologi. Seperti yang diungkapkan oleh Cal Newport, penulis buku Digital Minimalism:
"Clutter is costly. The cost of cluttering your life with unnecessary things, including distractions like social media, is that it takes time away from the activities that bring you true fulfillment."
— Cal Newport
Dengan membatasi waktu kita untuk aktivitas yang lebih bermakna, kita bisa menghindari "kebisingan digital" yang sering kali mengganggu kesejahteraan kita.
Melalui pendekatan yang bijak dan edukasi yang tepat, kita dapat memanfaatkan internet dan media sosial tanpa mengorbankan kesehatan mental kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H